MUNGKIN SALAH KAMI KAUM MINORITAS

Berasal dari sebuah kota kecil, keluarga saya yang beragama kristen hidup bersama damai bersama warga yang mayoritas muslim. Perbedaan agama tidak halangan bagi keluarga kami untuk beraktivitas sebagaimana layaknya di tengah masyarakat. Setiap pagi saya dan teman berboncengan ke sekolah naik sepeda yang pada saat itu kendaraaan populer. Malam ,saat paling bahagia bagi kami karena saatnya kami bermain petak umpet, walaupun kaki kadang berdarah akibat menginjak pecahan kaca. Orang tua duduk bercengkrama menceritakan panen yang kurang baik karena kemarau panjang. Saat ini dimanfaatkan orang tua menasehati kami agar selalu rukun, saling berbagi, saling menghormati dan mengasihi.

Walau keluarga kami beragama kristen, orang tua tidak pernah membatasi pergaulan dengan tetangga, begitu juga tetangga tidak pernah mengganggap kami minoritas. Mereka saling mengingatkan untuk beribadah. Bulan puasa bukan hanya bulan kebahagian bagi teman tetapi juga kebahagiaan buat saya karena pada saat itu saya juga ikut menikmati sajian berbuka puasa. Malam takbiran dan Idul Fitri dua momen yang saya nantikan karena para tetangga akan mengirimi kami berbagai masakan yang sangat lezat. Lontong rendang dan kue-kue lebaran yang tidak habis sampai tiga hari. Kebahagian ini terus berlanjut sampai saya dewasa. Saya mungkin tidak dapat menyelesaikan kuliah tanpa bantuan tetangga kami yang muslim yang selalu ikhlas meminjami ibu uang tanpa berbunga.