Fris Wahyuddin

Pekerjaan sekarang sebagai Kepala Sekolah di SMPN 14 Kota Bima - NTB...

Selengkapnya
Navigasi Web
Corona, Pendidikan Karakter, dan Nggusu Waru dalam Sejarah Kesultanan Bima

Corona, Pendidikan Karakter, dan Nggusu Waru dalam Sejarah Kesultanan Bima

Di zaman yang serba maju sekarang ini penguatan pendidikan karakter menjadi sangat penting dan mendesak tidak hanya diterapkan di lingkungan sekolah tetapi juga dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Adanya musibah Covid 19 yang melanda tanah air sampai saat ini memberikan dampak buruk terhadap keberlangsungan pendidikan anak-anak kita. Waktu belajar anak-anak terbatas hanya dari rumah (BDR) dengan tugas serta latihan yang menumpuk.Tentunya akan memberikan pengaruh tersendiri bagi diri anak secara psikologis. Mau tidak mau pendidikan karakter harus menjadi prioritas, apalagi di masa pandemi seperti saat ini. Dan ini semua bukan hanya menjadi tugas guru, tetapi juga tugas orangtua yang lebih banyak waktu bersama anak-anak di rumah. Saat ini anak-anak benar-benar diuji untuk berlatih mandiri dan disiplin. Mandiri dalam mencari sumber belajar ataupun metode-metode belajar yang tepat. Dan disiplin mengikuti protokol kesehatan Covid 19 sebagaimana yang menjadi kebijakan dan himbauan Pemerintah. Nilai-nilai sikap Mandiri dan Disiplin adalah nilai yang dimiliki oleh seorang Pemmpin.

Pada prinsipnya, kita semua adalah pemimpin, paling tidak pemimpin bagi diri kita sendiri. Memimpin diri sendiri sama sulitnya dengan memimpin orang lain ataupun sebuah organisasi. Memimpin diri sendiri sama saja dengan mempengaruhi ego kita sendiri, dan secara emosional itu tidak mudah. Oleh karena demikian, sudah saatnya nilai-nilai budaya kearifan lokal sebagai warisan budaya bangsa agar kembali ditumbuhkan atau direvitalisasi di tengah-tengah masyarakat, terutama sekali di dalam lingkungan sekolah.

Berbicara tentang Pemimpin, figur pemimpin-pemimpin terdahulu dalam sejarah kesultanan Bima dikenal sangat menjunjung tinggi nilai-nilai dasar kepemimpinan sebagaimana yang tertuang dalam budaya Nggusu Waru dan sudah menjadi tradisi secara turun-temurun di dalam kehidupan masyarakat Bima sebagai warisan para leluhur. Tetapi itu dulu, nilai-nilai karakter budaya Bima sekarang sudah mulai ditinggalkan oleh sebagian besar masyarakat, terutama dari kalangan anak-anak dan remaja.

Dalam Bahasa Bima, “Nggusu Waru” artinya “persegi delapan.” Nggusu’ artinya persegi dan ‘Waru’ artinya delapan. Nggusu Waru merupakan satu konsep kepemimpinan yang tercipta atas dasar (penyatuan) nilai-nilai agama, sejarah, dan budaya masyarakat Bima yang terlembaga. Nggusu Waru juga sebagai satu lembaga menjadi pedoman (etika) kepemimpinan di tengah masyarakat sosial. Delapan kriteria kepemimpinan Nggusu Waru adalah konsep kepemimpinan yang mengupayakan agar pemimpin memiliki etika agar dapat mambangun, mengembangkan, dan membina masyarakat dan daerah dalam bingkai kepemimpinan yang responsif (tanggung jawab) terhadap permasalahan di tengah-tengah masyarakat. (http://repository.uinjkt.ac.id).

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap Pak

12 Jul
Balas

Mantap ulasannya Pak.. Sangat inspiratif dan mdnambah wawasan kita semua.. Terima kasih Bapak sudah berbagi.. Salam

12 Jul
Balas

Mks bu salam balik bu

12 Jul

Sukses pak.. Salam literasi dari padang

12 Jul
Balas

Salam literasi jg bu dr Bima

12 Jul



search

New Post