Fris Wahyuddin

Pekerjaan sekarang sebagai Kepala Sekolah di SMPN 14 Kota Bima - NTB...

Selengkapnya
Navigasi Web
Fenomena Papan Tulis Hitam dan Papan Tulis Putih

Fenomena Papan Tulis Hitam dan Papan Tulis Putih

DI zaman sekolah dulu sampai tahun 90-an kita selalu berhadapan dengan yang namanya papan hitam (black board) pada saat kegiatan belajar mengajar di kelas. Tapi itu dulu, tapi sekarang mulai dari tingkat satuan penddikan sampai perguruan tinggi Papan Tulis Hitam sudah tidak lagi dipergunakan, sudah digantkan dengan Papan Tulis Putih (White board). Mungkin kita pernah bertanya-tanya, mengapa sih papannya yang diganti, mengapa bukan warna tintanya? pertanyaan di atas memang konyol dan tidak begitu penting apalagi untuk doperdebatkan.

Percaya tidak percaya, ternyata ada korelasinya antara sifat warna papan tulis yang dibahas di atas dengan kondisi dunia pendidikan kita sekarang ini, terutama yang berkaitan dengan pendidikan karakter anak. Perubahan penggunaan media tulis papan dari papan tulis hitam ke papan tulis putih telah mewarnai pula proses perkembangan berpikir para generasi kita, dimana sekarang tidak sedikit perilaku-perilaku anak-anak kita yang sudah tidak mencerminkan generasi yang berpendidikan dan bermartabat. Kasus seperti muridnya yang tidak hormat da sopan pada gurunya, melawan, mengajak berkelahi dan bahkan yang sangat miris lagi ada juga seorang murid yang membunuh gurunya sendiri. Tentunya sikap dan perilaku tersebut sangat tidak bermoral dan sangat bertentangan dengan tujuan dan sasaran pendidkan kita yang sebenarnya. Kondisi saat ini saya analogikan dengan fenomena sebuah papan putih yang setiap saat dinodai dengan tinta hitam, dengan makna bahwa anak-anak selalu disuguhlkan degan hal-hal yang tidak mendidik, keteladanan sudah luntur, serta tradisi ketimuran sudah dilupakan, dan ini fakta.

Kondisi pendidikan kita dulu dan sekarang memang sangat jauh berbeda, dimana dulu generasi muda kita sangat berpegang pada nilai-nilai moral, sopan dan hormat pada gurunya dan tidak pernah berani melawan gurunya. Dulu siswanya yang takut pada gurunya, sekarang gurunya yang takut pada muridnya., dunia ini memang suda terbalik. Kondisi zaman dulu saya analogikan dengan fenomena papan hitam yan setiap saat dibubuhi denga tinta warna putih, yang maknanya bahwa dulu anak-anak selalu disuguhkan denga hal-ha yang baik, ada keteladanan (ingkarso sing tulodo), sangat menghargai nilai-nilai pancasila dan budaya. Terlepas dari fenomena papan tulis di atas, akhirnya menjadi tugas kita bersama baik itu guru, orangtua, masyarakat dan Pemerintah dalam memberikan pelayanan terbaik bagi para generasi muda kita agar ke depannya menjadi generasi muda yang sukses, kuat dan tegar, menjadi anak-anak yang selalu menggoreskan tinta-tinta kebaikan untuk masa depannya sendiri, untuk bangsa dan negara.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Hitam putih pendidikan.... terimakasih tulisan yang menginspirazi

24 Jul
Balas

Inspirasi maksudnya...

24 Jul

Nggih bu mks

24 Jul

Menginspirasi

24 Jul
Balas

Keren filsafatnya.... Salaam

24 Jul
Balas

Mks bu ats apresiasix

24 Jul



search

New Post