Pelatihan Menulis Buku Angkatan Kedua yang dilaksanakan 4 Pebruari 2017 dibuka dengan motivasi oleh ibu Sri Budi Handayani. Memotivasi kami untuk banyak membaca sehingga bisa banyak menulis. Seperti orang yang banyak minum akan banyak buang air kecil. Penyakit jantung yang dideritanya sejak lama, tidak menyurutkan semangatnya untuk menghasilkan banyak buku.

Dilanjutkan oleh pelatih dan pembimbing kegiatan ini, Eko Prasetyo, memotivasi peserta pelatihan untuk menulis sesuatu yang enak dibaca. Buku yang dihasilkan yang ringan ringan saja dan tidak harus tebal. Jenis buku ada dua, yaitu buku yang tidak membutuhkan riset, dan yang membutuhkan riset. Buku jenis pertama misalnya tentang pengalaman pribadi. Penulisannya juga tidak memakan waktu lama. Sedangkan jenis buku kedua membutuhkan waktu lama untuk penulisannya. Demikian penjelasan Eko Prasetyo, mantan editor Jawa Pos ini.

Pelatihan yang diikuti sekitar 70 orang ini berlangsung serius tapi santai. Saat pembahasan karya salah seorang kepala sekolah sebuah TK di Sidoarjo, ada hal-hal lucu yang bisa diambil pelajarannya bagi peserta. Misalnya foto-foto medianya tidak disusun rapih di atas sebuah tempat, tapi diletakkan di lantai begitu saja. Apalagi ketika ada ujung kaki yang tidak sengaja ikut terfoto, membuat seisi ruangan menjadi tertawa. Hikmah bagi peserta untuk lebih teliti lagi agar tidak lalai terhadap hal-hal kecil.

Kegiatan ini akan berlangsung dua kali tatap muka. Pertemuan kedua dilaksanakan Minggu pagi, 5 Pebruari 2017 ditempat yang sama,di kampus Unesa, gedung Pusat Bahasa. Dikatakan oleh Eko Prasetyo bahwa dua kali pertemuan ini mungkin tidak bisa langsung membuat peserta menjadi penulis hebat. Tapi teruslah menulis dan bermimpi. Jangan takut bermimpi. Bermimpi untuk menjadi penulis hebat. Guru adalah orang yang satu kakinya di Surga dan satu lainnya untuk memerdekakan. Memerdekakan diri dengan menulis. (GRA)