Ia selalu tersenyum dan bersemangat. Seperti tak pernah habis idenya dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Kemampuannya bersosialisasi dan memimpin jurusan membawa sekolah ini mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Kemampuannya mengajar membuatnya menjadi guru favorit. Ia pandai mengurai kekusutan dan sangat tenang dalam menghadapi kekacauan. Ketika yang lainnya sibuk nyinyir menanggapi kebijakan-kebijakan petinggi sekolah, ia malah menawarkan sudut pandang yang positif, membungkam kenyinyiran dengan logika yang tidak dapat dibantah. Ketika para guru takut menghadapi anggota DPRD yang anaknya bermasalah, ia malah tenang-tenang saja.

Ia memiliki seorang anak perempuan berumur sekitar tujuh tahun. Kerap ia menemani anak semata wayangnya itu mengikuti berbagai lomba dan seringkali juara. Terkadang anak itu mendampinginya mengajar. Binar mata gadis kecil itu menggambarkan kebahagiaan. Benar-benar ia seorang super mommy.

Malam ini ia pulang larut lagi, setelah mengikuti serangkaian rapat koordinasi di ibukota provinsi. Perlahan dibukanya pintu kamar gadis kecil itu. Bukan menguap segala lelahnya, melainkan semakin bertambah seakan sebuah batu besar dijatuhkan ke punggungnya. Hatinya tercabik-cabik melihat anak kecil itu tertidur pulas. Ingin ia hilangkan saja bukti ini dari kehidupannya. Ia kepal tangannya, menahan luka yang tersiram air garam, setelah tadi ia bertemu dengan lelaki yang merenggut nektarnya. Lelaki itu meninggalkannya, pergi bersama wanita lain. Air matanya menganak sungai, lagi-lagi ia menyayat lengannya. Merasakan sakit untuk menghalau pikiran kotornya.

#Day24