Sejak manusia mengenal teknologi informasi dunia menjadi terasa sempit. Ruang dan waktu menjadi tidak lagi berjarak. Capaian teknologi informasi memberikan kemampuan kepada manusia untuk melipat dunia.

Banyak sinyal tentang manusia yang berusaha mendobrak segala bentuk tata nilai dan aturan-aturan yang kerap dianggap mengekang mereka di dunia nyata.

Mereka memandang bahwa hak individu menjadi landasan etika digital, setiap orang bebas melakukan apapun yang dia anggap baik tanpa intervensi.

Zaman telah berubah barang siapa yang tak siap maka akan dilindas. Dalam dunia hari ini, semua serba cepat berganti, berubah dalam sekejap.

Perubahan ini tentu menimbulkan perubahan dalam pola sosial, bahkan ikut mencerabut tatanan nilai-nilai. Demikian juga dengan realitas anak-anak yang lahir di zaman ini dengan jejalan beragam alat teknologi informasi yang sangat canggih.

Sambil leyehan di kamar, mereka bisa melakukan banyak hal sekaligus: mendengarkan musik, memesan makanan, berbelanja dan hanya butuh beberapa detik untuk terhubung.

Ironisnya sebagian orang tua dan pendidik tidak mau berubah dan justru sering memberi stereotip bahwa generasi milenial dianggap distraktif dan emosional.

Di tempat kami sebenarnya tidak kekurangan anak-anak muda kreatif, mereka hanya perlu digerakkan dengan isu yang keren dan menggugah.

Dunia pendidikan perlu memahami karakter setiap anak untuk menyiapkan skill yang sesuai kebutuhan zaman. Berupa kemampuan berpikir kritis dan kreatif, daya komunikasi dan kolaborasi, pemecahan masalah, manajemen konflik.