Gede Ardiantara

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Embun Sari (5)

Embun Sari (5)

(… lanjutan)

“Tadi Ayah mendapat laporan. Sepertinya hari ini anak Ayah sedang berbahagia ya?” ucap Ayah sambil tersenyum.

“Laporan apa, Ayah? Siapa yang melapor? Bahagia kenapa Ayah?”, Embun langsung menyambar pertanyaan Ayahnya.

“Selamat anakku. Kamu telah lulus UN. Ayah turut bangga atas keberhasilanmu. Usahamu belajar tiap hari hingga tengah malam membuahkan hasil yang sangat memuaskan.”, ucap Ayahnya sambil menjulurkan telapak tangan kanannya yang kemudian disambut oleh Embun.

“Terima kasih, Ayah. Hasil yang ku raih ini berkat doa dan dukungan yang tiada henti kalian berikan padaku”, ucap Embun.

“Tidak, Embun. Itu semua karena usahamu yang gigih dan ikhlas. Meski dengan keterbatasan buku, cahaya penerangan, kamu tetap bersemangat. Kamu memang hebat. Kamu lain dari anak yang lain. Kamu sangat istimewa di hati kami”, jelas Ibunya.

“Embun, sebentar lagi kamu akan melamar sekolah SMP kan? Ayah menawarkan padamu untuk melanjutkan sekolah di kota. Bagaimana Embun?” Ayah melanjutkan pembicaraannya.

“Mengapa harus di kota, Ayah? Bukankah di kampung juga ada?” Embun langsung menanggapi.

Bapak Jati Wikan tersenyum mendengar pertanyaan anak gadisnya yang lucu dan cerdas itu.

“Begini Embun. Ayah menawarkanmu sekolah di kota karena kualitas pendidikan sekolah di kota lebih baik daripada di desa kita. Ayah yakin kamu akan lebih cepat berkembang jika sekolah di kota. Ayah juga sangat yakin kamu bisa mengikuti pelajaran di kota dengan sangat baik dan tidak akan kalah dengan anak-anak kota. Ayah yakin itu. Bagaimana Embun dengan tawaran Ayah?”

Embun kemudian tersenyum lebar pertanda ia menerima tawaran Ayahnya.

“Baik Ayah. Aku menerima tawaran Ayah. Aku akan sangat senang jika bisa bersekolah di kota. Aku senang bisa melanjutkan ke SMP. Karena memang cita-citaku tidak hanya sampai SD saja. Aku ingin meneruskan sekolah sampai SMA bahkan hingga perguruan tinggi. Tapi, jika Ayah dan Ibu menginginkan aku sekolah di kota, aku memiliki persyaratan”, ucap Embun.

“Apa yang perlu kami penuhi agar kau mau sekolah di kota, Nak?”, tanya Sang Ayah.

Embun pun mengungkapkan syarat yang ia berikan.

“Ayah, harus mau mengantarkanku setiap pagi pukul 04.30 WIB menuju perbatasan yang waktu tempuh normalnya sekitar 1 jam dari rumah kita. Dari perbatasan menuju sekolah selama 1,5 jam, biar aku lanjutkan dengan menumpang angkot. Bagaimana, Ayah?”.

Mendengar persyaratan yang disampaikan anaknya, Bapak Jati Wikan dan istrinya tertawa lebar. Bapak Jati Wikan lalu menyanggupinya.

“Apapun persyaratan yang kau ajukan, kami akan menyetujuinya. Karena kami yakin, syaratmu pasti masih dalam batas kewajaran dan untuk masa depanmu yang lebih baik.”

Embun pun tersenyum lebar setelah mendengar kesanggupan dari Ayahnya. Lalu mereka berpelukan dalam suasana bangga penuh haru. Keluarga yang sederhana ini memang menaruh harapan yang besar pada Embun Sari. Syukurnya, Embun sangat mengerti dengan kondisi orang tuanya.

Karena tak ada lagi yang dibicarakan, Embun mohon ijin untuk lanjut belajar di kamar. Langit semakin gelap. Angin dingin khas malam berhembus memenuhi ruang lewat celah ventilasi. Dari belakang rumah, terdengar suara jangkrik yang saling bersahut-sahutan dengan suara tokek tiada henti. Semakin menambah kekhasan malam di kampung ini. Tentunya suasana seperti ini akan dirindukan Embun dan anak kampung lainnya yang nanti akan pergi menjemput impian masing-masing.

Embun kembali membaca halaman demi halaman bukunya. Sembari melatih kemampuannya dengan mengerjakan soal-soal yang ada. Inilah rutinitas malam yang Embun kerjakan hingga tengah malam. Ketika anak-anak yang sebaya sudah tertidur lelap, ia masih bermesraan dengan buku dan pensilnya. Lilin yang semula tegak dan padat telah mencair. Meleleh seiring semakin gelapnya malam. Sinarnya pun semakin meredup. Entah berapa batang lilin yang ia habiskan setiap malam untuk menerangi tulisan pada bukunya.

(bersambung …)

#TantanganMenulisGurusiana (Hari ke-51)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Saya yakin, Embun akan tumbuh menjadi anak yang berhasil...

20 Apr
Balas



search

New Post