Gendis

Melihat, menyimak, memahami, berusaha meniru, memodifikasi dan mencoba berbagi. Berkreasi untuk memberi makna...

Selengkapnya
Navigasi Web
2.2.a.9. Koneksi Antar Materi - Pembelajaran Sosial dan Emosional

2.2.a.9. Koneksi Antar Materi - Pembelajaran Sosial dan Emosional

2.2.a.9. Koneksi Antar Materi - Pembelajaran Sosial dan Emosional

Oleh : Sulastri, S.Pd.

CGP Angkatan 4 Tahun 2021

SMKN 2 Tulungagung

Fasilitator: Suyatno, M.Pd., M.Kom.

PP : Imatul Awaliyah, M.Pd.

https://online.fliphtml5.com/ooufy/fcqm/

Pendidikan bukan hanya proses untuk memperoleh ilmu pengetahuan, namun bagaimana seorang guru dapat menuntun anak menemukan kodrat jati diri, karakter dan budi pekerti. Untuk dapat menumbuhkan hal ini anak-anak harus dilatih dengan berbagai kegiatan, mereka terbiasa melakukan ketrampilan-ketrampilan yang mereka butuhkan agar dapat bertahan dalam masalah sekaligus memiliki kemampuan menemukan solusi untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi, dan tentu saja proses ini akan mengajarkan mereka menjadi pribadi-pribadi yang bijaksana dan berbudi pekerti luhur. Pembelajaran Sosial Emosional adalah pembelajaran berbasis keterampilan dalam mendidik yang dibutuhkan anak untuk dapat bertahan dalam masalah dan memiliki kemampuan memecahkan masalah.

Visi Guru Penggerak sesuai dengan nilai dan peran yang ingin dicapai yaitu Mewujuydkan Siswa Berkarakter Positif Sesuai Dengan Profil Pelajar Pancasila, hal tersebut dapat diwujudkan melalui budaya positif dalam ekosistem sekolah yang memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid hingga tercapai merdeka belajar sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman dalam filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara dan praktik pebelajaran yang berhamba pada anak melalui pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional ( PSE ).

Sebagai seorang guru, kita dihadapkan dengan beragam masalah, baik itu masalah dari murid, rekan kerja, orang tua, atasan, atau pun masalah yang timbul dari banyaknya tuntutan pekerjaan yang membuat guru menjadi tertekan. Keadaan seperti ini tentunya akan mengganggu proses pembelajaran di kelas. Kontrol emosi menjadi tidak stabil. Oleh karena itu, berkesadaran penuh (mindfulness) menjadi sesuatu yang harus dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Dalam berkesadaran penuh, seorang guru dapat mengelola konflik, mengelola stress, mengetahui cara berinteraksi dengan orang lain, mengetahui cara untuk memahami diri sendiri, merasakan dan mengenali pikiran, perasaan dan lingkungannya. Dengan memahami emosi diri maka akan membantu kita untuk dapat merespon terhadap kondisi yang sedang dialami secara tepat, merespon secara lebih baik. Hal ini tidak hanya akan berdampak pada wellbeing diri tetapi dapat juga membantu menjadi role model bagi murid-muridnya.

Menurut Ki Hajar Dewantara, guru diibaratkan seorang petani dan murid adalah benihnya. Seorang petani tugasnya adalah merawat dan menjaga benih-benih itu, tentu saja benih yang tumbuh itu berbeda-beda dalam perkembangannya dan juga berbeda jenisnya. Misalkan untuk merawat benih jagung tentu saja akan berbeda dengan merawat benih padi. Seorang petani harus memberikan perawatannya sesuai dengan kebutuhan benih-benih yang berbeda tadi sampai semuanya berbuah.

Begitu juga kita sebagai guru harus jeli dalam melihat keberagaman kebutuhan siswa, ada yang lambat, sedang, dan cepat. Ada yang suka agama, sains, seni, olahraga, dan sebagainya. Ada yang suka belajar dengan cepat melalui penglihatan, pendengaran, atau kinestetik. Semua harus kita akomodir dalam proses pembelajaran

Pembelajaran berdiferensiasi yag dilakukan oleh seorang guru menjadi jawaban atas kebutuhan individu murid yang berbeda-beda berdasarkan kodrat alam dan zamannya. Pembelajaran berdiferensiasi akan memenuhi setiap kebutuhan masing-masing murid dengan memperhatikan faktor kesiapan murid, minat/bakat, dan gaya belajar murid.

Dalam proses pembelajaran hendaknya guru juga memasukan pembelajaran sosial-emosional. Apakah pembelajaran sosial-emosianal itu? Pembelajaran Sosial-Emosional (PSE) adalah hal yang sangat penting. Pembelajaran ini berisi keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan anak untuk dapat bertahan dalam masalah sekaligus memiliki kemampuan memecahkannya, juga untuk mengajarkan mereka menjadi orang yang baik. Tidak bisa dipungkiri dalam melaksanakan tugas sebagai guru, pasti banyak masalah yang kita hadapi. Baik itu masalah dari murid, rekan kerja, orang tua, atasan, atau pun masalah yang timbul dari banyaknya tuntutan pekerjaan yang membuat stress atau tertekan.Keadaan seperti ini tentunya akan mengganggu proses pembelajaran di kelas. Kontrol emosi menjadi tidak stabil. Oleh karena itu, berkesadaran penuh (mindfulness) menjadi sesuatu yang harus dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

Pembelajaran Sosial Emosional adalah pembelajaran berbasis keterampilan dalam mendidik yang dibutuhkan anak untuk dapat bertahan dalam masalah dan memiliki kemampuan memecahkan masalah. Guru mendidik hati dan jiwa si anak untuk menjadi lebih baik dan nyaman dalam menerima pembelajaran yang diberikan guru, serta merasa terlindungi oleh guru dalam lingkungan pembelajaran maupun lingkungan sekolah

Kompetensi sosial-emosional adalah :

ü Kesadaran Diri – Pengenalan Emosi

ü Pengelolaan Diri – Mengelola Emosi dan Fokus

ü Kesadaran Sosial – Keterampilan Berempati

ü Keterampilan Berhubungan Sosial – Daya Lenting

ü Pengambilan Keputusan yang bertanggung jawab

Tujuan Pembelajaran Sosial Emosional

ü Memberikan Pemahaman ,penghayatan dan Kemampuan untuk mengoelola emosi

ü Menetapkan dan mencapai tujuan positif

ü Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain

ü Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif

ü Membuat keputusan yang bertanggung jawab ( Responsible Decision Making )

Bagaimana Penerapannya ?

Empat cara untuk mengimplementasikan PSE yaitu :

Ø Mengajarkan Kompetensi Sosial Emosional (KSE) secara spesifik dan eksplisit

Ø Mengintegrasikan Kompetensi Sosial Emosional (KSE) ke dalam praktik mengajar guru dan gaya interaksi dengan murid

Ø Mengubah kebijakan dan ekspektasi sekolah terhadap murid

Ø Mempengaruhi pola pikir murid tentang persepsi diri, orang lain dan lingkungan.

Pendekatan SEL yang efektif seringkali menggabungkan empat elemen yang diwakili oleh akronim SAFE (https://casel.org/what-is-sel/approaches/):

ü Sequential/berurutan: Aktivitas yang terhubung dan terkoordinasi untuk mendorong pengembangan keterampilan

ü Active/aktif: bentuk Pembelajaran Aktif yang melibatkan murid untuk menguasai keterampilan dan sikap baru

ü Focused/fokus: ada unsur pengembangan keterampilan sosial maupun personal

ü Explicit/eksplisit: tertuju pada pengembangan keterampilan sosial dan emosional tertentu secara eksplisit.

Lalu apa hubungannya berkesadaran penuh (mindfulness) dengan pembelajaran sosial-emosianal?

Menurut Hawkins (2017) latihan berkesadaran penuh (mindfulness) dapat membangun keterhubungan diri sendiri (self-awareness) dengan berbagai kompetensi emosi dan sosial dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kondisi berkesadaran penuh, niscaya kita bisa merespons sesuatu hal atau masalah dengan baik dan mengambil keputusan yang tepat dan bertanggung jawab. Kita bisa melatih diri berkesadaran penuh dengan teknik S-T-O-P. STOP merupakan akronim dari:

S – Stop: kita berhenti sejenak dari aktivitas atau kegiatan

T – Take a deep breathe (tarik nafas dalam)

O – Obeserve (amati)

P – Proceed (lanjutkan)

Contoh-contoh teknik yang dapat menumbuhkembagkan kompetensi sosial dan emosianal :

Ø Bernafas dengan kesadaran penuh

Ø Identifikasi perasaan

Ø Melukis dengan jari

Ø Membuat jurnal diri

Ø Membuat puisi akrostik (puisi yang awal kalimat atau kata-katanya ditulis berdasrkan huruf-huruf dari judul puisi tersebut).

Ø Membuat kolase diri

Ø Memeriksa perasaan diri

Ø Menuliskan ucapan terima kasih

Ø Mengidentifikasi emosi

Ø Mindful eating

Ø Cari teman baru

Ø Mengenali situasi menantang

Ø Latihan menyadari kondisi tubuh (body scanning)

Ø Kegiatan menulis surat

Ø Kegiatan role play komunikasi aktif

Ø Kegiatan menulis pengalaman bekerja sama dalam kelompok

Dengan memahami dan mengenali sosial emosional anak didik, mengaplikasikanyna dengan mindfulness ke dalam pembelajaran berdiferensiasi maka akan membawa dampak yang sangat luas bagi anak didik. Hal ini karena semua dan apa yang kita lakukan akan kembali kepada anak didik sebagai jati dirinya.

Pembelajaran tidak lagi menuntuk anak untuk reflektif terhadap hal -- hal pokok tetapi lebih luas lagi, anak didik tidak hanya sebagai objek dalam pembelajaran tetapi juga subjek dalam pembelajaran

Untuk dapat mengembangkan kompetensi sosial dan emosional murid secara optimal, seorang guru harus menjalankan peran serta memiliki nilai kemandirian, reflektif dan kolaboratif dan inovatif serta berpihak pada murid. Melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi di mana seorang guru mampu memetakan pembelajaran berdasarkan kebutuhan individu murid yang berbeda-beda berdasarkan kodrat alam dan zamannya. Mengoptimalkan kekuatan dan potensi untuk menerapkan Budaya Positif disekolah merupakan strategi efektif dalam membentuk nilai-nilai karakter anak. Jika Pembelajaran sosial dan emosional ini menjadi budaya positif di sekolah maka akan lebih mudah diterapkan karena menjadi sebuah budaya yang menjadi komitmen bersama dalam membangun generasi bangsa cerdas dan berkarakter mewujudkan Profil Pelajar Pancasila

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Alhamdulillah karya yang luar biasa, lanjutkan berbagi, salam sehat dan sukses selalu, Barokallah Bu Sulastri

16 Mar
Balas

Alhamdulillah, mantap tulisannta bunda, sehat dan sukses selalu

16 Mar
Balas



search

New Post