Islam akan selalu menyesuaikan dengan perubahan sosial. Itu sudah menjadi fitrah agama Islam. Dalam hal ini Islam akan selalu menyesuaikan dengan dinamika sosial masyarakat. Bahkan, bila kita membaca sejarah Islam akan kita temui makna Islam sebagai agama yang " memanusiakan - manusia". Namun, ada sebagian penganut Islam Fanatik yang dengan " kebrutalan " menafsirkan Islam sebagai agama yang kaku. Inilah yang menjadikan wajah Islam menjadi kurang dikenal kenaikannya. Jika , kita menafsirkan Islam sebagai agama yang kaku , itu bukan Islam yang kaku , akan tetapi kitalah yang " melukis wajah Islam dengan penuh kekakuan. Sejarah telah mengajarkan bahwa Islam sangat humanis. Penafsiran - penafsiran kaku yang mejadikan Islam menjadi beku dan kurang merefleksikan humanisme. Islam akan selalu mengajarkan kebajikan , dan meskipun beberapa golongan mencemarkan wajah Islam yang humanis. Makna dan refleksi Islam sebagai agama yang humanis akan tetap hidup.

Menelaah Islam secara Hermeutika, akan menghasilkan ajaran - ajaran Islam yang penuh dengan Budi pekerti. Kebajikan akan membawa kedamaian , begitulah perspektif Islam dalam memandang hidup. Lantas, mengapa masih banyak yang menafsirkan Islam dengan " kemarahan ". Padahal Islam sangat ramah. Dari sini kita perlu merefleksikan ajaran Islam yang humanis.