Gusnaini,S.Pd

Gusnaini,S.Pd. Lahir di Lintau, 29 Agustus 1961 Bertugas di SDN 04 Tapiselo Lintau Buo Utara. Email: [email protected] WA: 085274679486...

Selengkapnya
Navigasi Web

Pernikahan Patrilineal vs Matrilineal

Datangnya lamaran kepada seorang gadis di Minangkabau merupakan kebahagiaan bagi kedua orang tua dan keluarga besar sang Ibu. Mamak, etek, maktuo dan semua handai tolan ikut bangga, apalagi yang meminang itu dari kalangan orang terpandang. Bobot, bebet dan bibit yang baik. Seisi kampung sibuk membicarakan keberuntungan si gadis yang dilamar.

Helat digelar, marawa ditegakan dan pelaminan menghiasi rumah gadang. Bunyi talempong, gendang dan bansi mengalun syahdu mengiringi penari nan gemulai menyambut sang penganten. Pantun berbalas pantun dari pihak si alek dan si pangka alek, disertai penyiraman beras kunyit kepada kedua mempelai membuat pesta meriah dan unik. Beras kunyit melambangkan keagungan pesta pernikahan adat minangkabau.

Pengantin menaiki tangga rumah gadang. Di atas tikar pandan dan kain putih ibu mertua menyambut dan mencuci kaki mempelai pria ( menantu) sebagai pertanda keluarga mempelai wanita menyambut dengan hati yang suci. Sebaliknya menantu menjatuhkan uang untuk ibu mertua sebagai kiasan bahwa ia mampu dan bertanggungjawab di dalam rumahtangganya.

Selanjutnya,kedua mempelai bersanding di bawah tirai pelaminan. Orang tua, sanak saudara dari kedua mempelai dan tamu kehormatan mengoleskan tepung tawar kepada kedua pengantin sebagai tanda restunya untuk membangun keluarga baru.

Senyum bahagia tersungging dari bibir mereka. Kebahagiaan tak terkira dari kedua pengantin sebagai raja dan ratu sehari.

Saat itu sang ibu menyembunyikan kegalauan hatinya. Bahagia, sedih dan cemas bercampur aduk. Bahagia melihat anaknya bahagia, beruntung mendapatkan orang terpandang. Sedih dan cemas juga mengiringinya. Sedih akan berpisah dengan anak yang selama ini di asuh dengan penuh kasihsayang. Rasa cemas menyelimutinya, akankah rumah tangga anaknya langgeng untuk selamanya?

Rasa cemas itu tidak hanya dari pihak ibu mempelai perempuan, tetapi hal yang sama juga dirasakan ibu dari mempelai laki-laki. Adat yang berbeda merupakan alasan utama. Adat Minangkabau dengan sistem kekerabatan matrilineal mengaharuskan menantu lakl-laki menetap di rumah istrinya, sebagai bagian dari keluarganya. Sebaliknya, adat suku Batak, Jawa, Melayu dan lainnya yang menganut kekerabatan patrilineal, juga mengharuskan menantu perempuan menjadi bagian keluarga atau marganya. Kedua pihak orang tua mempelai diselimuti kekhawatiran akan ditinggalkan anak.Kekhawatiran suatu hal yang wajar sebagai orang tua.

Hapuslah kekhawatiran itu. Kita telah bekali anak dengan pendidikan yang tinggi dan nilai- nilai agama yang kuat. Kehidupan saat ini sudah berbeda dengan masa lalu kita. Komunikasi dan akultrasi budaya telah mengubah gaya hidup anak sekarang. Mereka telah memahami berbagai budaya dan mereka juga mampu hidup dalam perpaduan budaya di negeri ini. Selain itu kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi membuat silaturahmi semakin dekat, walau jarak kita yang cukup jauh.

Selamat menjalani hidup baru ananda, semoga keluarga kalian sakinah mawaddah warahmah. Semoga anak cucu kalian menjadi anak shaleh dan shaleha. Hanya doa kami, ayah ibumu yang selalu mengiringi kalian berdua.

Lintau, 29022020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post