Ketika lingkungan rumah masih bernuansa sawah. Sejauh mata memandang yang terlihat hamparan sawah. Hampir setiap pagi berkabut, terkadang tipis, terkadang tebal sehingga hampir semua batas dan ujung jalan tidak terlihat.

Jika para petani menanam padi sampai menjelang panen, Serasa berada disebuah pedesaan. Bahkan, ketika petani telah mencapai masa panen, maka padi-padi itu yang tersisa hanya batangnya saja. Seringkali aku berjalan dipematangnya, sambil mencari belalang untuk pakan burung merpati piaraan pak Tonah, tetanggaku seorang angkatan laut. Terkadang, aku suka mengambil batang padi yang sedikit muda dan kujadikan priwitan. Senang rasanya bisa bermain kotor-kotoran di pematang sawah.

Jika suasana udara dingin dan sedikit berkabut tipis, disebelah selatan suka terlihat penampakan gunung dengan jelas. Hanya saja tidak tahu gunung apa itu?. Tidak setiap pagi, tetapi adakalanya terlihat.

Itu, aku rasakan 45 tahun yang lalu, ketika rumahku yang berada diwilayah Semper Barat, Jakarta Utara belum ada bangunan rumah-rumah mewah, masih terdengar suara burung dan ayam berkokok dipagi hari, serta masih kujumpai pohon-pohon besar dan pohon kelapa walau tidak ditepian pantai.

Sekali lagi dibuat terpana, ketika disaat itu terlihat dari kejauhan diarah utara berjejeran pohon kelapa. Kalau aku ukur dengan penggaris panjang sejauh pandanganku, maka pohon kelapa itu panjangnya hampir 15 cm.

Wow, ternyata masih banyak pohon kelapa disekitar wilayah rumahku.