Selamat pagi dari sang perindu teduh.

Kukirimkan doa lewat sebuah hembusan deru atas nama rindu, tanpa kau pinta kata itu terucap bak air mengalir yang menambah jutaan kali lipat rasa sesak yang tak mesti datang sebagai tamu. Berat, tapi ntah kenapa aku suka membiarkannya terasa. membekas.

Bahagia lah dengan caramu, jika bersama bukanlah takdir kita, jangan ada benci sekalipun hanya seutas rasa. Jalan ini tak bisa di lanjutkan, karena kita punya tujuan yang berbeda, jikapun di pertahankan, yang ada salah satu dari kita akan merasa tertekan.

Berhenti, jangan menunggu waktu tepat untuk mengakhiri, karena waktu yang tepat hanya di mulai bukan sebuah momen agar semua tampak lebih rapi menutupi siapa yang tersakiti.

Biarlah tertatih menanggung rasa, menahan rasa kecewa yang ntah sampai kapan akan hilang, waktu akan bisa menjawab setiap perihal yang sulit tuk kita hapus jejaknya.

Ntahlah meski sudah di buat keputusan, nyatanya aku tetap ragu untuk melepasmu, membiarkan kita benar-benar jauh dan melepas ikatan tanpa hubungan lagi. Menskipun awalnya aku sangat yakin bahwa aku akan sangat siap untuk mengakiri aku justru tak sanggup berucap walau hanya sepatah kata.

Tuhan aku tak punya keberanian yang banyak, bahkan walau sedikit aku sangat ketakutan mengambil keputusan. Bantu aku untuk teguh mengais keyakinan yang tercecer oleh sebuah harapan semu yang kuciptakan sendiri. Hilangkan tanpa sisa walau itu sebuah rasa benci, aku benar-benar ingin lepas, lepas tanpa bekas.

#TANTANGA GURUSIANA HARI KE-11