"Pak, aku belum bayar SPP. Handphoneku juga sudah rusak. Kalau sedang belajar daring, suka mati sendiri." Rengek Rio pada bapaknya tadi pagi. Kalimat itu selalu bersemayam di fikiran bapak sampai sore ini. Bapak tahu mengapa anaknya merengek seperti itu, karena hari ini sudah tanggal 13. Biasanya tanggal 5, Rio sudah dibelikan kuota internet. Tapi sudah delapan hari belum juga diberikan.

Sudah jatuh tertimpa tangga. Gaji bapak yang datangnya terlambat masih ditambah pengurangan 35 persen dari gaji yang biasa diterimanya. Katanya penjualan sedang sepi. Selain itu, rengekan Rio menambah beban pikirannya. "Rio belum bayar SPP, handphone nya juga rusak, sewa kontrakan sudah 2 bulan. Aduuuh . . . Pusiiing." Batinnya yang ingin berteriak dalam perjalanan pulang dari tempat kerjanya.

Sesampainya di rumah, Bapak kelelahan dengan pakaian yang basah kuyup mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Tubuhnya menggigil kedinginan, bibirnya bergetar. Rio menghampiri bapaknya dengan penuh harap. Rio menanyakan janji bapaknya tadi pagi saat ia merengek. "Rio, pakai handphone bapak saja ya. Gaji bapak untuk bayar SPP dulu. Itu juga baru bisa sebulan bayarnya. Yang penting Rio tetap sekolah ya. Braaakkkk . . ." Bapak terjatuh pingsan karena hipotermia dan kelelahan berjalan kaki dari tempat kerja sampai rumah. Rio menangis penuh penyesalan.