SESAK NAPAS
Hari ini langit tampak biru berhiaskan kapas putih yang bersih bergumpal dengan indah. Matahari tersenyum dengan gembira seakan menemani Rio yang telah terbebas dari belenggu isoman. Begitupun dengan istri dan anak-anaknya.
Satu persatu ucapan syukur dan semangat terus mengalir di layar gawai hitam dengan sedikit retak kesayangannya. Ia pun membalas dengan sekadarnya. Bukan karena enggan untuk menjawab tapi saking banyaknya pesan tersebut, ia malas untuk merangkai kata-kata. Jadilah salin tempel sebagai senjata andalan.
Tak lama kemudian, datang seorang sahabatnya. Ia memang sangat dekat dengan Rio sejak SMA. Meski kuliah mereka berbeda kampus, Rio selalu bertemu dengannya sepekan sekali, saat pengajian rutin pekanan. Mereka berbincang-bincang sambil ditemani istrinya masing-masing sampai tiba saatnya keluar dari mulut sahabatnya menanyakan masa kritis Rio saat sakit tersebut, Rio terdiam. Ia memandang istrinya dan sesekali menarik nafas dalam-dalam. "Saat itu, nafasku sesak sekali, Banyu. Tapi, saat ini aku merasa sangat sesak karena aku sudah dirumahkan oleh kantorku. Hm ... Saat PPKM lagi." Katanya dengan Lirih.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Tetap semangat dan kreatif... Sukses selalu Pak..
Terima kasih, Bu Emi.
Menarik sekali Bapak
Terima kasih, Bu.
Bagus Pak ceritanya.
Terima kasih, Bu Lia.
Sama Pak
Amin. Terima kasih.
Masa yang benar2 sangat sulit Pak..mantap Pak twisnya..semoga hanya dalam Pentigraf saja...salam suskes untuk Bapak