Hadi Ismanto

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
THR Anak, untuk Siapa?
Gambar dari today.line.me

THR Anak, untuk Siapa?

"Alhamdulillah, akhirnya selesai juga hari ini kelilingnya." Kataku kepada anak-anak sesampainya di rumah.

Aku segera bersih-bersih diri dan mengganti baju. Sepertinya kasur itu sudah menungguku sejak tadi. Oleh karena itu, aku langsung berbaring di atasnya sambil menikmati dinginnya AC.

Di luar kamar masih terdengar suara obrolan yang hangat antara adik kakak dan ibu anak. Mereka saling bercerita tentang pengalamannya hari ini mengunjungi kakek dan nenek.

"Lah, bukannya mereka datang bersamaan. Kan pengalamannya sama. Kok masih pada diceritakan." Pikirku.

Tak lama kemudian, ibu mereka bertanya kepada anak-anaknya dan tentu anak-anak aku juga.

"Bagaimana tadi, seru kan?" Tanya ibu.

"Iya, Bu. Banyak teman. Tadi, si Lika makan cokelat banyak sekali, Bu." Jawab kakak.

"Kamu juga makan?" Ibu menanggapi.

"Nggak, aku hanya makan cheese stick." Jawabnya.

Tak lama kemudian, adik mengajak kakaknya untuk menghitung pendapatan mereka hari ini. Seperti biasanya, salah satu yang membuat mereka antusias untuk kunjung mengunjungi saudara adalah dibagikan THR.

THR yang didapat adik dan kakak dititip kepada ibu. Semuanya. Hal ini karena ibu khawatir kalau tidak dititip akan hilang seperti lebaran tahun-tahun sebelumnya. Mereka tak begitu peduli dengan uang yang didapatnya kalau sudah bertemu dan bermain bersama sepupu-sepupu mereka.

"Oh, iya. THR kita kan sama ibu, Kak." Ujar adik.

"Oh, iya. Bu, THR aku dan adik mana?" Tanya kakak kepada ibu.

Ibu langsung membuka tas biru dongker yang dibawanya tadi saat silaturahmi lebaran. Ia mengambil amplop yang cukup banyak dan memberikannya kepada adik. Kemudian, ibu ambil lagi beberapa amplop di sisi tas yang berbeda dan memberikannya kepada kakak.

Kakak beradik, adik berkakak langsung sibuk membuka satu persatu amplop yang didapatnya. Kakak mengajarkan adik untuk mengelompokkan uang yang didapat kemudian baru menghitung dengan cara menjumlahkannya.

"Nah, kamu dapat 700 ribu, Dik." Kata kakak.

"Kalau kakak berapa?" Tanya adik.

"Aku hanya dapat 500 ribu " jawabnya.

Ibu ikut serta dalam perbincangan mereka sambil merapikan meja makan yang masih penuh dengan piring kotor bekas makan ketupat sebelum salat Idulfitri dan potongan kulit ketupat.

"Alhamdulillah, untuk apa uangnya?" Tanya ibu.

"Aku mau beli ice cream sama mainan yang di Indomerit, Bu." Jawab adik.

"Kalau aku mau beli sandal untuk di pondok aja." Lanjut kakak.

"Lalu sisanya untuk apa?" Ibu bertanya lagi.

"Di celengin aja, Bu." Jawab adik.

"Kalau aku, untuk ibu saja. Aku kan nanti ke pondok jadi nggak terlalu butuh. Kan setiap bulan ayah sudah kirim uang saku ke ustadz." Jawab kakak.

"Aku juga deh. Untuk ibu saja." Lagian celengan aku sudah penuh." Tambah adik.

"Oh, begitu. Baik, ibu simpan ya untuk kebutuhan kalian nanti." Ibu menanggapi.

Tiba-tiba terdengar suara yang sudah tidak asing lagi bagi mereka. Suara yang membuat suasana agak terganggu namun sudah menjadi biasa karena hampir setiap hari mereka dengar.

"Huuuh ... Kroooook ... Huuuh"

"Ayo, semua mandi sebelum ayah bangun." Pinta ibu.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post