#Pentigraf

Sia nan ka makan! Nan ka balanjo, satangah jam yo! (siapa yang mau makan, yang mau berbelanja, waktunya setengah jam ya). Ujar kernet bus Suliti Indah. Suaranya yang keras menghentakkanku kembali ke alam sadar yang sedari tadi ber gentayangan entah kemana. Dengan perasaan malas, kulangkahkan kaki menembus dinginya udara perkebunan teh di kaki Gunung Talang yang hijau, menghampar luas bagaikan permadani.

Yuk kita makan! Kata paman yang sedari tadi memperhatikan ku berjalan gontai di pelataran parkir warung nasi tempat kami beristirahat melepas penat, setelah ter kukus dalam bis yang tak ber AC.

Tak kuhiraukan! Karena tatapan mata indah ini terarah kepada buah kecil berwarna ungu yang nampaknya sengaja di gantungkan di antara buah Markisa yang menguning.

Ah..inikah yang namanya buah anggur?

Mau?. Ujar Paman dari belakang.

Tanpa sadar kuanggukan kepala, memang sedari dulu aku terkagum kagum dengan buah indah tersebut. Namun apa daya, tangan tak sampai, angan akan makan buah tersebut tak pernah kesampaian. Pemilik kedai memberikanku seonggok buah ungu yang telah terbungkus rapi, setelah paman memberi beberapa lembar uang ribuan yang nilainya cukup banyak pada waktu itu.

Wueakk ...!! tanpa sadar aku muntah.

Kenapa?? Tanya Paman.

Anggur nya tak enak! Ujar ku dengan nada kecewa.

Hahaha...!Paman tertawa lepas, sambil berujar.

Nak itu bukan Anggur, tapi Terung Pirus.

Salam Literasi..