Mari Belajar ke Dua Koto
Mari Belajar ke Dua Koto
Sebuah daerah yang berada di ujung Sumatera Barat, tepatnya di Kabupaten Pasaman. Dua Koto semenjak tahun 2004 menjadi sebuah kecamatan setelah terjadi pemekaran dari kecamatan induk, yaitu Kecamatan Talamau. Kecamatan Dua Koto berada di lereng Bukitan Barisan, serta diapit oleh dua gunung. Yaitu, Gunung Kulabu dan Gunung Talamau. Negerinya subur gemah ripah loh jinawi.
Uniknya Dua Koto dilihat dari menyatunya dua kebudayaan besar yang saling bertolak belakang, membentuk satu kebudayaan tersendiri. Kebudayaan yang menyatu tersebut adalah kebudayaan Mandailing dari Sumatera Utara yang Patrilinial dengan kebudayaan Minangkabau yang Matrilinial.
Sekilas kita melihat, dari tutur bahasa masyarakat Dua Koto tidak berbeda dengan orang yang bersukukan Mandailing dari Sumatera Utara. Di bawah ini, akan saya berikan beberapa contoh kosa kata dalam bahasa Dua Koto yang persis sama dengan kosa kata bahasa Mandailing.
Dua Koto
Mandailing
Minang
Bahasa Indonesia
Mangan
Mangan
Makan
Makan
Indahan
Indahan
Nasi
Nasi
Marubat
Dst
Marubat
Dst
Barubek
Dst
Berobat
Dst
Selain kosa kata yang sama dengan bahasa Mandailing, masyarakat Dua Koto juga memakai marga. Yaitu,
Dua Koto
Mandailing
Minang
Nasution
Lubis
Nasution
Lubis
Dst
Piliang
Chaniago
Melayu
Koto
Dst
Apabila dilihat dari tutur bahasa dan pemakaian marga, maka tidak salah orang menilai masyarakat Dua Koto bersukukan dan beradatkan Mandailing, layaknya Suku Mandailing yang Patrilinial di Sumatera Utara. Melainkan beradatkan Minangkabau layaknya suku Minang yang Matrilinial di Sumatera Barat.
Pemakaian adat Minangkabau dapat dilihat dari pengambilan garis keturunan, tata cara pernikahan, pembagian harta warisan serta Seni Budayanya.
Dua Koto
Minang
Mandailing
Garis Keturunan
Matrilinial
Matrilinial
Patrilinial
Pernikahan
Laki laki yang datang ke rumah perempuan dengan tata cara adat Minang
Laki laki yang datang ke rumah perempuan dengan tata cara adat Minang
Perempuan yang datang ke rumah laki-laki dengan konsep jujuran.
Harta
1.Pusako randah, yaitu harta orang tua kandung dan dibagi bedasarkan kesepakatan orang tua dan anak,
2.Pusako tinggi, yaitu harta kaum yang pembagiannya diatur oleh mamak dan biasanya jatuh kepada garis keturunan perempuan. Kepemilikan pusako tinggi pun hanya sebatas hak pakai tidak boleh diperjualbelikan
1. Pusako randah, yaitu harta orang tua kandung dan dibagi bedasarkan kesepakatan orang tua dan anak,
2. Pusako tinggi, yaitu harta kaum yang pembagiannya oleh mamak dan biasanya jatuh kepada garis keturunan perempuan. Kepemilikan pun hanya sebatas hak pakai tidak boleh diperjualbelikan
Tidak mengenal adanya pusako randah dan pusako tinggi
Seni Budaya
Tari Randai
Tari Pasambahan
Pencak Silat
Dst
Tari Randai
Tari Pasambahan
Pencak Silat
Dst
Gordang Sambilan
Dst
Perpaduan dua kebudayaan besar tersebut, telah terjadi jauh sebelum Indonesia merdeka, jauh sebelum para pakar di negeri kita yang tercinta ini merumuskan konsep toleransi. Mereka, para nenek moyang kita yang tidak pernah memiliki gelar akademis yang bejibun layaknya masyarakat modern, telah mampu merumuskan konsep toleransi tanpa adanya perpecahan bahkan mampu membentuk kebudayaan baru yang berbeda dengan kebudayaan asal.
Perpaduan dua kebudayaan tersebut, dimulai ketika adanya imigrasi besar besaran masyarakat Dua Koto yang diperkirakan pada abad ke 17, diterima dengan lapang dada bahkan diberi wilayah dan kekuasaan oleh masyarakat Minangkabau yang telah lebih dulu bermukim di Pasaman.
Yang jadi pertanyaan bagi kita saat ini adalah kenapa kita yang katanya hidup di zaman yang modern dan serba beradab, masih sibuk dengan identitas kesukuan yang sempit. Bahkan perbedaan kesukuan tersebut bisa membuat kita terpecah belah.
Mari belajar ke Dua Koto. Bukan berarti saya mengajak untuk menyatukan dua atau berbagai kebudayaan yang berbeda menjadi satu. Tetapi belajar toleransi dan saling menghargai antara satu sama lainnya sebelum kata kata toleransi itu menjadi topik pembahasan di negeri ini.
Apakah nenek moyang kita yang hidup di zaman antah berantah lebih beradab, dibanding kita yang hidup di zaman sekarang dengan serba pendidikan yang wah dan modern?
Pertanyaan tersebut menurut saya layak untuk kita renungkan, agar yang namanya Indonesia tetap Indonesia yang majemuk. Berbeda tapi tetap satu. Bukankah pelangi itu indah karena beda warna .
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar