Hadiwisata,S.Pd.I, M.Pd.I

Saat ini saya mengabdikan diri di SMP N 3 Kota Solok Sumatera Barat sebagai guru PAI semenjak Maret 2019. Sebelumnya, beberapa tahun pernah mengabdikan diri seb...

Selengkapnya
Navigasi Web
Mari Belajar ke Dua Koto

Mari Belajar ke Dua Koto

Mari Belajar ke Dua Koto

Sebuah daerah yang berada di ujung Sumatera Barat, tepatnya di Kabupaten Pasaman. Dua Koto semenjak tahun 2004 menjadi sebuah kecamatan setelah terjadi pemekaran dari kecamatan induk, yaitu Kecamatan Talamau. Kecamatan Dua Koto berada di lereng Bukitan Barisan, serta diapit oleh dua gunung. Yaitu, Gunung Kulabu dan Gunung Talamau. Negerinya subur gemah ripah loh jinawi.

Uniknya Dua Koto dilihat dari menyatunya dua kebudayaan besar yang saling bertolak belakang, membentuk satu kebudayaan tersendiri. Kebudayaan yang menyatu tersebut adalah kebudayaan Mandailing dari Sumatera Utara yang Patrilinial dengan kebudayaan Minangkabau yang Matrilinial.

Sekilas kita melihat, dari tutur bahasa masyarakat Dua Koto tidak berbeda dengan orang yang bersukukan Mandailing dari Sumatera Utara. Di bawah ini, akan saya berikan beberapa contoh kosa kata dalam bahasa Dua Koto yang persis sama dengan kosa kata bahasa Mandailing.

Dua Koto

Mandailing

Minang

Bahasa Indonesia

Mangan

Mangan

Makan

Makan

Indahan

Indahan

Nasi

Nasi

Marubat

Dst

Marubat

Dst

Barubek

Dst

Berobat

Dst

Selain kosa kata yang sama dengan bahasa Mandailing, masyarakat Dua Koto juga memakai marga. Yaitu,

Dua Koto

Mandailing

Minang

Nasution

Lubis

Nasution

Lubis

Dst

Piliang

Chaniago

Melayu

Koto

Dst

Apabila dilihat dari tutur bahasa dan pemakaian marga, maka tidak salah orang menilai masyarakat Dua Koto bersukukan dan beradatkan Mandailing, layaknya Suku Mandailing yang Patrilinial di Sumatera Utara. Melainkan beradatkan Minangkabau layaknya suku Minang yang Matrilinial di Sumatera Barat.

Pemakaian adat Minangkabau dapat dilihat dari pengambilan garis keturunan, tata cara pernikahan, pembagian harta warisan serta Seni Budayanya.

Dua Koto

Minang

Mandailing

Garis Keturunan

Matrilinial

Matrilinial

Patrilinial

Pernikahan

Laki laki yang datang ke rumah perempuan dengan tata cara adat Minang

Laki laki yang datang ke rumah perempuan dengan tata cara adat Minang

Perempuan yang datang ke rumah laki-laki dengan konsep jujuran.

Harta

1.Pusako randah, yaitu harta orang tua kandung dan dibagi bedasarkan kesepakatan orang tua dan anak,

2.Pusako tinggi, yaitu harta kaum yang pembagiannya diatur oleh mamak dan biasanya jatuh kepada garis keturunan perempuan. Kepemilikan pusako tinggi pun hanya sebatas hak pakai tidak boleh diperjualbelikan

1. Pusako randah, yaitu harta orang tua kandung dan dibagi bedasarkan kesepakatan orang tua dan anak,

2. Pusako tinggi, yaitu harta kaum yang pembagiannya oleh mamak dan biasanya jatuh kepada garis keturunan perempuan. Kepemilikan pun hanya sebatas hak pakai tidak boleh diperjualbelikan

Tidak mengenal adanya pusako randah dan pusako tinggi

Seni Budaya

Tari Randai

Tari Pasambahan

Pencak Silat

Dst

Tari Randai

Tari Pasambahan

Pencak Silat

Dst

Gordang Sambilan

Dst

Perpaduan dua kebudayaan besar tersebut, telah terjadi jauh sebelum Indonesia merdeka, jauh sebelum para pakar di negeri kita yang tercinta ini merumuskan konsep toleransi. Mereka, para nenek moyang kita yang tidak pernah memiliki gelar akademis yang bejibun layaknya masyarakat modern, telah mampu merumuskan konsep toleransi tanpa adanya perpecahan bahkan mampu membentuk kebudayaan baru yang berbeda dengan kebudayaan asal.

Perpaduan dua kebudayaan tersebut, dimulai ketika adanya imigrasi besar besaran masyarakat Dua Koto yang diperkirakan pada abad ke 17, diterima dengan lapang dada bahkan diberi wilayah dan kekuasaan oleh masyarakat Minangkabau yang telah lebih dulu bermukim di Pasaman.

Yang jadi pertanyaan bagi kita saat ini adalah kenapa kita yang katanya hidup di zaman yang modern dan serba beradab, masih sibuk dengan identitas kesukuan yang sempit. Bahkan perbedaan kesukuan tersebut bisa membuat kita terpecah belah.

Mari belajar ke Dua Koto. Bukan berarti saya mengajak untuk menyatukan dua atau berbagai kebudayaan yang berbeda menjadi satu. Tetapi belajar toleransi dan saling menghargai antara satu sama lainnya sebelum kata kata toleransi itu menjadi topik pembahasan di negeri ini.

Apakah nenek moyang kita yang hidup di zaman antah berantah lebih beradab, dibanding kita yang hidup di zaman sekarang dengan serba pendidikan yang wah dan modern?

Pertanyaan tersebut menurut saya layak untuk kita renungkan, agar yang namanya Indonesia tetap Indonesia yang majemuk. Berbeda tapi tetap satu. Bukankah pelangi itu indah karena beda warna .

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post