Pancaran mentari pagi di terpa angin sepoi sepoi basah, elusan tangan ayah mengusap pundak anak yang penuh dengan kecintaan nya.Ayah yang hidup dengan penuh kesederhanaan yang tinggal di sebuah gubuk reot yang sudah tua. Ayah yang selalu mencari nafkah demi sesuap nasi dengan membanting tulang nya setiap hari mengumpulkan kayu api. Yang diambil dari hutan di bukit baka. Disanalah aku selalu di gendong ayah keatas bukit tersebut. Meskipun tidak mudah untuk mengarungi bahtera kehidupan, namun ayahku selalu melemparkan senyum manisnya kepada ku yang penuh hasrat kapan berakhirnya penderitaan hidup ini. Kepahitan dan penderitaan hidup berakhirlah ayah mengumpulkan kayu api karena sudah ada tabungan untuk menjadi seorang tukang perabot dan orang orang di kampung sudah mulai memesan perabotan rumah tangganya sama ayah yang sangat kucintai.Hari hari di jalani ayah dengan penuh senyum.dan selalu berdoà semoga Allah memberi rezki yang berlebih dan bisa menyekolahkan aku sampai keperguruan tinggi. Di suatu hari ada pemesanan meja di sebuah sekolah di kampungku , dengan bemodalkan kepercayaan ayahpun mengerjakan pesanan tersebut .Akhirnya modal dari ayah semakin banyak dan timbullah niat dari ayah untuk membuka sebuah CV yang mengelola perabotan yang menerima pesanan perkantoran. Hari demi hari kami lalui dengan penuh kedamaian bersama sang ayah dan kami selalu beribadah bersama dan memohon ke pada Allah semoga selalu sukses dalam menjalani kehidupan dan selalu dalam lindungan Allah swt.Aamiin