Haifa Nadwatul Umah Nidaturramdani

Guru IPA SMP Negeri 131 Jakarta...

Selengkapnya
Navigasi Web
MENUNGGU KEENAN (Nasihat Bapak dan Ibu) TantanganGurusiana Hari ke-1

MENUNGGU KEENAN (Nasihat Bapak dan Ibu) TantanganGurusiana Hari ke-1

NASIHAT IBU DAN BAPAK

Beberapa hari setelah Keenan menyatakan perasaannya, aku menyatakan perasaan yang sama kepada Keenan. Kami saling jatuh cinta. Perasaanku tidak bertepuk sebelah tangan. Aku telah lama mengagumi Keenan, dan pada kenyataannya, Keenan telah jauh lebih lama suka kepadaku. Jika diingat beberapa tahun ke belakang, aku belum menyadari keberadaan Keenan ketika masa orientasi siswa di MTs, sehingga boleh jadi Keenan memang lebih dulu menyukaiku. Lagipula, ini bukanlah siapa lebih dulu menyukai siapa. Faktanya, aku dan Keenan memang saling mengejar.

Aku telah menyiapkan diri menghadapi dunia perkuliahan. Pada akhirnya, aku kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan pendidikan fisika. Keenan kuliah di Universitas Islam Indonesia di Yogya jurusan teknik informatika. Kami benar-benar terpisah oleh jarak, tetapi kami lega telah mengetahui perasaan masing-masing.

Kami saling berkirim pesan melalui BBM (Blackberry Massage), dalam sehari bisa beberapa puluh kali, dari mulai membahas dan menanyakan hal-hal yang tidak penting, cukup penting dan penting hingga saling memberi motivasi. Bapak dan ibu tampaknya menyadari ada sesuatu yang berbeda dari diriku, tetapi mereka belum bertanya lebih jauh. Aku memang belum bercerita kepada ibu, masih menunggu waktu yang tepat. Lagipula bagaimana tanggapan bapak dan ibu nanti, mereka mungkin tidak akan setuju dan memintaku untuk fokus belajar, meski aku yakin bisa menjalani keduanya, dan juga Keenan berada di kota yang berbeda denganku, tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Aku memulai kehidupan yang baru sebagai mahasiswa. Aku menikmatinya. Setiap malam aku begadang untuk belajar dan mengerjakan tugas. Pada kondisi seperti ini, memang benar adanya bahwa tidur adalah seni mencuri waktu. Semua mahasiswa pasti merasakannya. Pada semester-semester awal ini aku sangat sibuk. Jadwal kuliah dan praktikumku padat. Aku juga harus belajar lebih keras dari teman-temanku karena saat SMA banyak tertinggal pelajaran.

Sebagai mahasiswa baru, Keenan mengalami hal yang sama denganku. Kami memang harus belajar ekstra untuk bisa memahami mata kuliah dan bisa mengimbangi kemampuan teman-teman di kelas. Di sela-sela kesibukan kuliah, kami selalu menyempatkan untuk berkirim kabar dan saling memotivasi. Keenan biasa meneleponku di akhir pekan. Aku senang bisa melakukan hal ini bersama Keenan, akan lebih baik jika kami berada di kampus yang sama dan tidak terpisah oleh jarak seperti saat ini. Setiap hari aku merindukan Keenan.

Ibu meneleponku seolah mengetahui kegundahan yang aku alami. Pada awal-awal aku merantau ke Ciputat, hampir setiap hari bapak dan ibu menelepon, tetapi karena mereka mengetahui jadwalku yang super padat, mereka mulai mengurangi intensitas dan durasi waktu meneleponku. Kali ini, setelah ibu menanyakan kabar, kuliah, uang jajan, dan sudah makan atau belum, ibu bercerita tentang keadaan di rumah dan kabar-kabar terkini di kampung, lalu beliau memberi nasihat. Tak hanya ibu yang berbicara, tetapi juga bapak.

“Teteh dijaga kesehatannya, walaupun memang harus begadang, jadwal makan harus teratur. Makan buah-buahan sama multivitaminnya. Harus bisa tahu Batasan tubuh sendiri, teteh udah pinter lah. Jangan sampe mendzalimi diri sendiri.

“Teteh kan adiknya banyak, harus jadi contoh yang baik. Fokus belajar dan harus bisa membentengi diri sendiri. Jatuh cinta itu wajar, sudah naluri manusia, sebentar bapak sepertinya mau bicara juga.” Ibu memberikan telepon genggam kepada bapak.

“Halo teh, iya betul yang dikatakan ibu. Jangan sampai cinta yang menguasai dan mengontrol diri teteh, tetapi teteh yang harus bisa menguasai dan mengontrol cinta. Cinta itu selalu disimbolkan dengan 2 kisah, yaitu kisah Romeo Juliet dan kisah Laila Majnun. Kedua kisah itu kan berakhir tragis, tetapi menjadi simbol dari cinta. Teteh sudah tahu lah ceritanya. Cinta para pejuang tidak akan seperti itu. Para pejuang tidak akan kalah oleh cinta seperti 2 kisah itu. Para pejuang itu, bisa mengontrol dan mengendalikan cinta. Bapak yakin teteh akan bijak karena teteh dididik dengan baik. Halo teteh mendengarkan kan?” Bapak bertanya untuk meyakinkan diri bahwa anak sulungnya benar-benar mendengarkan dengan baik.

“Iya pak, teteh denger kok.”

“Ibu mau ngobrol lagi, nih bu” Bapak menyerahkan telepon genggam kepada ibu.

“Teteh udah paham ya..”

“Ibu sama bapak tahu sesuatu ya?” aku bertanya.

“Iya ibu bapak tahu lah, kan udah naluri orang tua.”

“hmmmm.. iya bu, teteh paham kok. Insya Allah tidak akan melampaui batas. Ini pasti ibu udah nelepon Hani deh. Maaf ya bu teteh belum cerita tentang Keenan, nanti kalua pulang ke rumah pasti diceritain deh.”

“Iya ibu mengerti kok, ya sudah, teteh harus nugas lagi kan? Nanti ibu telepon lagi ya.”

“Iya bu, teteh masih harus ngerjain laporan praktikum nih.”

“Ya sudah, ingat pesan ibu dan bapak tadi ya Assalamu’alaikum warahmatullah”

Wa’alaikumsalam warohmatullah wa barokatuh.”

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Hebat Bun! sehebat penulisnya

24 Jun
Balas



search

New Post