Haifa Nadwatul Umah Nidaturramdani

Guru IPA SMP Negeri 131 Jakarta...

Selengkapnya
Navigasi Web
MENUNGGU KEENAN TantangaGurusiana Hari ke-30

MENUNGGU KEENAN TantangaGurusiana Hari ke-30

KEDATANGAN

Sudah enam bulan aku belajar di kelas khusus SMA ITB. Para guru dan ustadz yang disiapkan oleh Pak Utsman untuk mengajar kami sungguh luar biasa. Untuk mata pelajaran Bahasa Arab, aqidah, nahwu dan Sharaf adalah lulusan dari luar negeri yaitu lulusan Mesir, Mekkah dan Madinah. Mata pelajaran umum diampu oleh guru-guru terbaik dari sekolah negeri dan swasta. Aku senang bisa belajar dengan guru-guru terbaik, meski terkadang merasa sepi karena kami hanya bersepuluh. Aku berpikir, jika saja Keenan ada di sini, kelas tidak akan sepi dan lebih seru.

Kelas khusus ini hanya terdiri dari 3 laki-laki dan 7 perempuan. Aku, Hani, Icha, Ikke, Lia, Topik dan Faqih bermukim di asrama, sedangkan Akbar, Isti dan Sami tinggal di rumah masing-masing atau dengan kata lain tidak bermukim di asrama. Kami semua dites terlebih dahulu untuk bisa masuk kelas khusus. Masing-masing dari kami memiliki hobi dan keahlian yang bervariasi. Topik senang sekali memelihara binatang dan menamainya, seperti ketika MTs dulu, ia membawa Rimba ke sekolah dan menyebabkan perkelahian yang menegangkan. Jika saja tidak ada Keenan, sudah pasti Topik dan Aji babak belur karena saling memukul. Ada juga Akbar sang penulis novel. Di usianya yang masih muda, ia telah melahirkan sebuah karya berupa novel berjudul Cinta Tak Pernah Usai yang bisa dibeli di toko buku besar seperti Gramedia. Hani masih setia dengan hobinya dari kecil yaitu membaca buku, termasuk komik dan dia seorang wibu atau pecinta manga dan anime Jepang seperti Naruto dan One Piece. Teman-teman yang lain juga memiliki hobi yang unik.

Suatu ketika, saat jam istirahat, aku melihat mobil Pak Utsman baru saja terparkir di garasi. Aku merasa heran Pak Utsman sudah datang, biasanya beliau masih mengajar di kampus dan pulang pada sore hari. Setelah mobil terparkir sempurna, Pak Utsman keluar dari dalam mobil, dan bukan hanya beliau, tetapi ada Keenan di sana yang tampak lemas dan bersusah payah berjalan menuju rumahnya.

Keenan belum juga keluar dari rumah sejak 3 hari yang lalu. Aku, Hani, Topik, dan Faqih merasa khawatir. Hanya kami yang merasa khawatir, teman-teman yang lain memang belum mengenal Keenan karena berasal dari sekolah SMP yang berbeda.

“Aku dengar Keenan masih sakit.” Topik memberi informasi kepada kami.

“Sebenernya sakit apa sih? Kayaknya kita harus udah jenguk deh.” Aku memberi saran.

“Ide yang bagus, aku juga khawatir sih.” Hani menyetujui.

“Iya seharusnya dia sedang belajar di pesantren di Yogya. Jarang banget sih setahu aku Keenan sakit lama begini.” Faqih berkomentar sebagai seorang yang sangat dekat dengan Keenan.

“Oke pulang sekolah kita ke rumahnya.”

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen neng kutunggu lanjutannya

17 Jun
Balas



search

New Post