Haifa Nadwatul Umah Nidaturramdani

Guru IPA SMP Negeri 131 Jakarta...

Selengkapnya
Navigasi Web

MENUNGGU KEENAN TantanganGurusiana Hari ke-35

PENANTIAN ITU TELAH TERJAWAB

Aku masih ingat ketika itu kami telah dinyatakan lulus UN oleh pihak sekolah. Aku kaget saat wakil kepala sekolah bagian kurikulum mengumumkan nilai tertinggi UN untuk kelas IPA adalah Keenan, padahal saat itu aku telah berusaha keras belajar hingga harus belajar di tempat bimbel hampir setiap hari. Keenan sama sekali tidak pergi ke tempat les. Tujuanku belajar memang bukan untuk mendapat nilai tertinggi UN, aku berjuang untuk bisa lulus di fakultas kedokteran, aku ingin menjadi dokter, jika itu terlalu berlebihan, setidaknya aku bisa lulus di salah satu universitas negeri. Meski demikian, aku cukup terpukul saat mengetahui bahwa nilai UN ku di bawah nilai Keenan.

“Aku tahu kamu pasti kesal, harusnya kamu yang mendapat nilai tertinggi UN. Sabar yah.. hirup mah peurih.” Hani malah menggodaku.

“Aku jelas kesal, tapi aku turut bangga kok.” Aku sedikit menghibur diri.

Sebenarnya aku memang bangga saat mengetahui Keenan mendapat nilai tertinggi UN, walaupun sedikit kesal. Keenan hanya sibuk main dan organisasi, tapi kok bisa sih.. aku masih saja berpikir seperti itu. Aku menerima kekalahan ini.

Beberapa minggu setelahnya, nilai US atau Ujian Sekolah diumumkan. Aku meraih nilai tertinggi untuk satu angkatan. Aku sedikit lega, setidaknya orang-orang berhenti mengolok-olokku “sudah bimbel ke sana ke mari kok nilainya masih di bawah Keenan”, untunglah. Kelegaan itu hanya sementara, aku harus bersiap bertempur di medan perang sesungguhnya. Aku harus bisa masuk perguruan tinggi negeri.

Percobaan pertamaku melalui jalur SNMPTN undangan telah gagal. Aku tidak bisa terlalu berharap. Jalur ini memang diprioritaskan untuk sekolah-sekolah unggul yang sudah langganan mentransfer siswanya untuk kuliah di PTN-PTN unggul juga. Penilaiannya dilihat dari asal sekolah dan nilai raport, meski nilai raportku bagus, aku akan tetap kesulitan bersaing dengan siswa-siswa dari sekolah unggul. Persentase keberhasilannya sangat kecil.

Percobaan keduaku melalui jalur tes SNMPTN juga belum berhasil. Aku tetap pada pendirian memilih Pendidikan dokter UNPAD. Passing Gradenya cukup tinggi dan saingannya banyak. Aku kembali gagal dan semakin galau. Aku mengatur ulang strategi dan menurunkan target yang terlalu tinggi bagiku. Pada kesempatan ketigaku melalui tes SPMBPTAIN, aku tidak memilih Pendidikan dokter, tetapi aku memilih Pendidikan fisika di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sejak kecil cita-citaku adalah menjadi dokter atau guru. Aku suka mengajar dan berbagi ilmu. Selain mengubah target, aku juga mengubah strategi belajar, aku menambah jam belajar dan memfokuskan diri untuk tes ketiga ini.

Aku masih menunggu pengumuman tes SPMBPTAIN. Aku cukup yakin bisa lolos, hampir semua soal dijawab dengan mudah karena sudah sering belajar dan berlatih. Menurut jadwal, hari ini pengumumannya. Aku sudah berada di depan laptop sejak pagi. Aku terus memantau email dan website pengumuman. Nada pesan masuk di hpku berbunyi. Aku melihat nama sang pengirim pesan sebelum membuka dan membacanya. Sang pengirim adalah Keenan.

“Assalamualaikum wr.wb Haura gimana? Kamu udah berhasil lolos PTN?”

“Waalaikumsalam wr.wb belum, nih aku masih nunggu pengumuman.”

Aku menjawab seperlunya karena hati dan pikiranku sedang tak menentu menanti pengumuman. Akhirnya yang dinanti tiba, pengumuman sudah ada. Aku masukkan nomor ujian dan alhamdulillah aku lolos. Aku segera mengabari ibu yang sedang memasak makan malam di dapur. Bapak saat itu masih di kantor, hanya ada ibu dan adik-adikku. Kami sangat bersyukur.

Nada dering smartphoneku berbunyi, panggilan masuk dari Keenan. Aku segera menjawabanya.

“Assalamualaikum, Haura”

“Waalaikumsalam warahmatullah”

“Selamat ya tadi aku lihat ada nama kamu di daftar peserta yang lolos seleksi. Hebat. Kali ini aku yakin sih kamu bakal keterima.”

“Makasih Keenan, oya kamu gimana?”

“Aku yang SPMBPTAIN ini gak lolos. Aku mau berangkat ke Yogya besok untuk seleksi mandiri. Sebelum aku berangkat, ada yang mau aku bicarakan. Gak tau sih waktunya tepat atau enggak, tapi aku perlu cepet-cepet bilang sama kamu.”

“Oh iya silakan Keenan. Bilang aja, aku mendengarkan.”

“Kamu mungkin gak sadar sih, aku udah suka sama kamu dari sejak pertama kita bertermu. Kamu inget gak kapan itu?”

“Tunggu, apa nih maksudnya aku masih belum paham.”

“Aku mulai merhatiin kamu sejak acara masa orientasi siswa pas MTs. Aku inget seragam kamu paling beda karena dari MI. Aku juga dari MI tapi seragamku merah putih sama seperti SD. Kamu waktu itu pake seragam putih hijau kan. Terus juga kamu maju saat pembicara MOS minta salah satu peserta untuk maju, kamu aktif banget menjawab kuis dan pertanyaan dari panitia. Banyak banget yang udah petualangan yang udah kita lalui bareng. Aku punya keyakinan untuk lebih baik menyampaikan perasaan ini sebelum kita gak bisa bareng lagi seperti dulu. Aku juga merasa akhir-akhir ini sejak SMA kamu mulai beda memperlakukan aku. Apakah kamu juga punya perasaan yang sama?”

“Keenan, aku gak tahu harus bilang apa.”

“Oke gak apa-apa kok. Aku tahu kamu pasti kaget dan bingung. Kamu gak perlu menjawabnya sekarang. Terimakasih ya Haura. Aku gak bisa ngobrol lama-lama. Assalamualaikum.”

“wa.. waalaikumsalam warohmatullah Keenan”

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post