Madina 9
Oleh HALIFAH
# Tantangan hari ke 218
Degggg! Hatiku berdegup, aku dihadapkan pada pilihan yang sulit. Baru saja aku kehilangan ibu, suami dan seluruh harta. Haruskah aku melepaskan salah satu anakku untuk Bu Julaika?
Mulutku seperti terkunci, aku tak tahu harus menjawab apa. Aku sudah terlanjur berhutang budi pada pasangan suami istri ini. Kutatap anakku satu persatu, seperti akan memilih barang, mana yang akan aku serahkan. Tentu saja aku tak akan sanggup memberikan anakku pada siapapun. Tapi mengapa kemarin terlintas pikiran untuk mengakhiri hidupku bersama anak-anak? Aku tak bisa menjawab, airmataku mengalir di pipi. Entah apa yang ada di pikiran Bu Julaika.
" Sudahlah Bu Dina, jangan dipikirkan permintaan saya tadi. Lupakan saja," ucap wanita yang telah menyelamatkan aku dan anak-anak.
" Tapi Bu, apa ibu menganggap saya orang yang tak tahu balas budi?" tanyaku di sela tangis lirihku.
" Tidak Bu Dina! Mungkin bukan rejeki saya," jawabnya.
Dalam hati kecil aku tak enak menolak permintaan Bu Julaika, tapi aku juga tak sanggup berpisah dengan salah satu anakku.
Setelah sholat dhuhur aku pamit, tapi lagi-lagi Bu Julaika menawarkan bantuan untuk mengantar aku ke pelabuhan. Akhirnya akupun diantar mereka.
" Jangan lupa hubungi kami ya Bu Dina," pesan Bu Julaika sambil memangku anakku Rangga.
" Iya Bu, pasti kami tak akan pernah melupakan Bu Julaika dan bapak," jawabku.
Kami hampir sampai ketika tiba-tiba anak keduaku Rendy muntah-muntah dan sesak nafas. Aku panik, tapi ini bukan mabuk kendaraan.
" Bu Dina, kita bawa Rendy ke dokter dulu ya. Saya tahu dokter dekat sini," kata Bu Julaika. Mobilpun tak jadi masuk ke pelabuhan. Pak Yusuf mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi.
" Pak, kita langsung ke rumah sakit saja. Lihat nafas Rendy seperti itu," kata Bu Julaika pada suaminya.
Aku hanya bisa pasrah melihat keadaan Rendy, untunglah bungsuku tertidur pulas sehingga aku bisa pangku Rendy. Nafasnya tersengal, ya Allah cobaan apalagi ini?
Mobil memasuki pelataran rumah sakit. Rendy langsung dibawa ke UGD. Alat bantu pernafasan langsung dipasang dihidung dan mulutnya.
*****
Aku masih tak percaya dengan vonis dokter, jika anakku Rendy gagal jantung. Apakah aku harus kehilangan anakku?
" Bu Dina, ijinkan kami merawat Rendy sampai sembuh. Biar kami yang akan menanggung semua biayanya," kata Bu Julaika.
Jika kuturuti permintaan Bu Julaika, ibu macam apa aku? Seakan membuang anak berpenyakit, tapi jika aku yang memaksakan diri merawat Rendy, dapat uang dari mana aku? Biayanya pasti mahal.
( Bersambung )
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen cerpennya, Bunda. Salam literasi
keren Bu, konflik batin menjadi serunya jalan cerita,ditunggu Bu lanjutannya. sukses selalu, salam.
komflik yang kompeks bu....keren sekali,next
Pilihan yang sulit, namun karena sayang semoga Bu Dina bisa mengambil keputusan yang tepat kereen.
Wah.. Mantap ceritanya bund... Keren. Ditunggu lanjutannya bund
Dilema nih. sehat dan sukses selalu bucantik
Keren bu, penuh dilema. Sukses bu salam literasi
Dilema...
Kisah yg menyedihkan....Moga Rendy bertahan dan Bu Julaika pasti akan merasa senang.....
Bu Julaika..pasti tulus....dan secara tidak langsung,. Rendy akan menjadi anak angkat Bu Julaika....
Kerennn..ditunggu next episode nya...
Betapa berat pilihat yang harus diambil Madina. Cerpen yang super keren, Bu.
Pokoknya selalu keren , selalu kuikuti, sukses terus mbak say
Makin keren dan menarik
Dilema dalam kemasan cerita yang kereeen, sukses selalu bunda.
Sebuah pilihan yang sulit.
Keren sekali Bu ceritanya..salam sukses selalu
Sedih ya ceritanya, aduh maaf bu Ifa aku rugi sekali sudah ketinggalan beberapa episode, tidak sempat baca dan SKSS bu Ifa karena ikut panitia MTQ Nas. kemaren, salam sukses bu Ifa.
Perjuangan yang memang harus dilalui dengan hati termasuk ongkos ya bun
Ceritanya sedih, tapi alurnya sangat menarik dan keren. Ditunggu kelanjutannya ya Bu. Selamat hari Guru Bu Halifah. Salam sukses selalu
Bagaikan buah simalakama . ..suskes Bunda.... keren....salam Literasi
Tulus sekali hati Bu Julaikha. Semoga Rendy baik-baik saja
Keren cekgu ditunggu yah salam santun dan sukses selalu
Deg....
Ough...keren.
Keren konfliknya bunda. Ditunggu cerita lanjutannya
Sebagai Ibu, kasihan sekali Bu Rendy. Semoga Rendy cepay sembuh. Sukses selalu ya Bu.Salam literasi.
simalakama
cerita yg bagus... sukses selalu
Allah takkan memberokan beban melebihi batas kemampuan kita
Keren ceritanya Yuk
Sedih Bun, salam jumpa kembali
Sedih Bun, salam jumpa kembali
Semoga ada solusi untuk bu Dina. Dan Rendy baik-baik saja....ditunggu lanjutannya bunda..maaf baru bisa berkunjung.
Dilema ya bundaaa... Sukses selalu bunda... Maaf baru berkunjung...
Mwenyedihkan ceritanya keren bunda..sukses selslu..
Mwenyedihkan ceritanya keren bunda..sukses selslu..
Cerita menarik tetapi membuat sedih ..sukses selalu bun dengan karyanya