Prajab 4
Oleh HALIFAH
# Tantangan hari ke 200
Jessie Rudolf Gevelhov, demikian nama Widyaiswara yang cantik itu. Usianya 55 tahun, tapi kelihatan masih muda. Materi yang disajikan tentang wawasan kebangsaan. Menikmati ilmu dalam indahnya wajah ciptaan Tuhan, menumbuhkan semangat kami menerima semua materi yang disampaikan. Padahal mata ini sudah ingin istirahat. Panasnya minyak angin cap kapak sedikit melawan rasa kantuk.
Aku masih terbayang wajah Noni Belanda yang menolongku. Apa hubungan dengan Bu Jessie? Hingga tak bisa konsentrasi dengan materi yang disampaikan. Ah...masa yang memberi kami materi seorang demit?
Jam 20.00 diklat berakhir, kami berbaris kembali ke bangsal. Kali ini aku tak mau baris di bagian belakang.
****
Setelah sholat Isyak, aku bermaksud istirahat. Tiba-tiba Bu RT bangsal mengumumkan, ada piket bergilir setiap jam sekali. Diurut mulai dipan depan.
" Bu Aida dan Bu Ifa dapat giliran piket pukul 02.00 sampai 03.00. Tentu saja aku protes, mestinya aku mendapat giliran jam 23.00 sampai 24.00.
Terjadi adu mulut antara aku dan Bu RT. Akhirnya dengan terpaksa nanti aku piket mulai pukul 02.00. Aku membayangkan seramnya berjaga selarut itu.
Tibalah saatnya aku dan Aida menjalankan tugas. Kami duduk tepat di depan pintu masuk kamar. Pemandangan di sekitar sepi, suara burung hantu dan kepakan kelelawar sesekali menggoyahkan keberanianku.
" Aida, kamu berdoa agak keras dikit biar kedengaran penunggu di sekitar sini," kataku
" Ah...kamu ini ada-ada saja, nanti yang tidur pada bangun semua," jawab Aida
" Diaturlah, hanya setan saja yang dengar he...he…," ucapku lagi
Menit-menit berlalu, tiba-tiba kami mencium bau menyengat. Aroma sesuatu yang terbakar hangus baunya.
" Ini bau apa? Seperti bau gosong," tanya Aida padaku. Belum sempat aku menjawab, tetiba ada suara isak tangis segugukan dari samping kami tepatnya di bawah pohon kamboja. Wuih...bulu kudukku merinding.
" Ya Allah siapa itu? Tidak usah dilihat ya. Biarin didengarkan saja, nggak usah noleh," bisikku pada Aida. Tangan kami berpegangan, tubuhku tak berani bergerak. Bacaan ayat Kursi menghiasi mulutku yang komat-kamit. Mata terpejam, takut ada penampakan.
Aku semakin tegang ketika ada suara langkah menghampiri aku dan Aida. Tangan kami berpegangan tambah erat, agar ketakutan kami berkurang.
( Bersambung )
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren pisan... Sukses selalu
Ikut tegang bacanya bu. Bu Halifa paling bisaa. Keren bu
Ikut merinding
Membacanya jadi ikut tegang, jadi pasang kuping baik-baik, kalau-kalau ada langkah kaki mendekat.
Apakah noni belanda yg nangis. sehat dan sukses selalu bucantik
Semakin serem bu... Semangat selalu. Salam literasi.
Keren salam LiterasiJangan adu jotos ya....kali tugas sudah diberi laksanakan dg baik. Agar tak terjadi ketimpangan antara kita. Ayok " siapa yg melangkah itu"....takuuuut
Terjadi adu mulut antara aku dan Bu RT.Awas jangan sampai perang. Keren banget Bun
Cerpennya keren bunda
Keren bun kisahnya. Salam sukses Bun
Ibu memang jagonya menulis kismis begini. Mantul...
Makin sereem tapi menarik untuk terus dan terus disimak... Luar biasa ibu sayang... Selalu menyuguhkan yang menarik dan mempesona untuk kita semua... Salam santun dan ditunggu selalu lanjutannya ibu cantik
Siapa Bu yang menangis? Lanjut.
keren ceritanya buk Halifah, salam sukses sll ya buk
salam saling kunjung dan saling sanjung ya
Menteramkan juga ya bun
Adu mulut, pokoknya g sampai adu fisik..sekalu istimewa ceritanya Bunda..sukses Bunda.sakam Literasi
Waduh...siapa itu? Lariiii
Sereem, tapi penasaran. Hehehe
Hiiiii... siapakah dia..
Keren Bu...makin merinding bacanya..
Makin keren dan seru critanya nih. Sukses selalu tretan
Aduh..aku bacanya tdk sndirian tp msih mrinding....bun..ke..e..e..re..e..en...mantab...lsnjutksn...
Mantab lanjutkan bu
Siapa yang menangis di bawah pohon kamboja itu ua..hhiii..takuuuuttt...laarriiiiii...
smakin penasaran bun..keren..salam literasi
Keren nian, lanjut
Wuis, berdiri bulu romaku... Ikut merinding membacanya bunda. Salam sukses dan sehat selalu bunda