M Agus Sulaiman

Pamong Belajar Ahli Muda di wilayah kerja Papua dan Papua Barat...

Selengkapnya
Navigasi Web
Afektif pada Anak Usia Dini

Afektif pada Anak Usia Dini

Oleh: Muh. Agus Sulaiman, S.Pd*

Perasaan emosi pada anak usia dini berkembang dipengaruhi oleh orangtua dan lingkungan sekitar dan dalam perkembangannya anak akan mengimitasi tingkah laku orang-orang yang ada di sekitarnya. Pentingnya tauladan di sekitar lingkungan ini akan menjelma menjadi sebuah sikap yang nantinya akan tertanam dalam diri anak, apalagi masih usia dini. Setiap anak memiliki masing-masing ranah berkembang, salah satu ranah yang berkembang adalah afektif pada diri anak yang dipengaruhi oleh interaksinya sehari-hari dalam beraktivitas. Bersikap ramah dan tidak mudah marah adalah kematangan dalam ranah afektif pada anak. Maka dari itu orangtua diharapkan mampu untuk mengarahkan dan butuh perhatian yang cukup untuk perkembangan afektif anak.

Dalam hal untuk mengoptimalkan afektif anak adalah membacakan kisah yang memberikan contoh tauladan yang baik. Cerita yang baik bisa muncul dari kisah-kisah yang ada di Kitab suci agama masing-masing sesuai dengan kepercayaannya. Menceritakan kisah-kisah yang ada bisa meningkatkan kesadaran afektif pada anak, sehingga ranah afektif pada anak dapat tumbuh dengan baik. Kelebihan dari mendengarkan kisah-kisah pada anak akan menciptakan manusia yang suka mendengarkan dan memahami orang lain. Dengan begitu anak-anak akan menjadi bertambah pengalaman dan pengetahuannya serta mengasah imajinasi anak itu sendiri. Anak yang senang mendengar akan tumbuh afektif lebih baik daripada anak yang lainnya yang jarang mendapatkan stimulasi ini. Orangtua yang meilhat anaknya senang mendengar agar memberikan perhatian khusus pada anak, ajak mereka untuk memilih kisah-kisah atau cerita-cerita rakyat yang menarik sesuai usia mereka. Dengan begini jalinan emosional hubungan orangtua dan anak juga akan terjalin dengan baik.

Rasa menghargai orang lain juga harus diajarkan untuk perkembangan afektif pada anak, salah satunya adalah menunjukkan apresiasinya kepada temannya yang juara kelas atau menang dalam lomba. Dengan begitu, anak akan memahami pentingnya menghargai orang lain. Menghargai orang lain juga bisa ditunjukkan pada rasa hormat, yaitu memberikan rasa hormat pada diri sendiri maupun orang lain. Rasa hormat akan menumbuhkan ruang-ruang kebaikan pada anak. Sehingga anak akan tumbuh dengan rasa peduli, empati dan memahami orang lain.

Mengajarkan tutur kata yang baik adalah problematika orang-orang dewasa saat ini, hal ini bisa ditunjukkan dari media sosial yang tidak bisa terkontrol jika ingin berkomentar tanpa mempertimbangkan itu baik atau tidak. Hal iini juga berlaku di dunia nyata banyaknya kata-kata yang didengar oleh anak disekitarnya juga akan berdampak pada sikap emosialnya. Untuk itu orangtua agar memperhatikan ucapannya yang tepat sesuai dengan usia anak. Perbendaharaan kata-kata yang baik juga akan menumbuhkan ranah afektif pada anak. Menggunakan tutur kata yang baik akan membuat anak nyaman mendengarnya, usahakan juga orangtua jangan mengeluarkan kata-kata buruk saat marah dan jika sampai terdengar anak maka dia akan menyimpannya bahkan mengingatnya. Anak-anak juga akan mempraktekkan ucapan buruk itu jika pada saat emosinya tidak terkendali. Disinilah orangtua agar menjaga ucapannya terlebih jika pada saat bersama anak-anak, orangtua juga dapat memberikan pengawasan pada anak terutama pada teman bermainnya.

Tidak kalah pentingya dalam mengembangkan afektif pada anak adalah berpikir positif. Anak usia dini dapat diajarkan untuk berpikir positif dari orangtuanya yaitu tidak mengajarkan membenci orang lain. Mengajarkan sikap positif pada anak juga dapat diberikan untuk tidak pantang menyerah, mengajarkan mencari solusi dan ajarkan untuk mencari solusi dari persoalan yang biasa dihadapi anak. Misalkan jika anak menanyakan persoalan "Ibu, makananku jatuh ditanah" Kemudian orangtua mengatakan dengan halus dan pelan "sudah biarkan saja, jangan diambil lagi, itu kotor, ambil lagi yang ada dirumah" maka iapun akan merelakan makanan yang jatuh tersebut dan mengambil lagi yang masih tersisa dirumah.

Itulah beberapa ranah afektif yang perlu dikembangkan pada anak usia dini, hal ini menjadi perhatian orangtua agar kelak pada saat dewasa nanti akan tertanam sikap emosional yang positif pada anak tidak menjadi tumbuh keegoisan pada anak dan bersikap ramah menghargai orang lain.

*Penulis adalah Pamong Belajar Pertama di Instansi BP-PAUD dan Dikmas Papua.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Anak usia dini dipelrukan pemahaman dan perhatian orangtuanya yang senantiasa menjadi teladan,semakin diasah afektifnya akan menjadikan anak peka dengan lingkungan menjadi rahmad seluruh alam.

23 Jul
Balas

Aamiin

23 Jul



search

New Post