Ayahku Inspirasiku
Untaian kata tak mampu ku ungkapkan, betapa Ayah sangat berarti dihidupku. Ayah adalah cinta pertama sekaligus inspirasiku. Ayahku merupakan mantan seorang abdi negara. Ayahlah yang mengajarkanku untuk tetap tegar dalam menghadapi situasi apapun. Ketika hatiku galau, jiwa korsanya pun keluar. “ Hana, kamu harus kuat. Jangan lari dan hadapi. Semua akan baik-baik saja. Ada Allah dan Ayah bersamamu. Kamu perempuan terpilih. Jangan menyerah ya.”
Ayah tak hanya seorang Ayah, tetapi juga sahabat bagiku. Suatu ketika, putri kecilnya ini ragu-ragu, ingin mengambil langkah tetapi takut salah. Aku ingin ikut ajang bergengsi saat itu, yaitu duta wisata wonogiri. Aku merasa insecure, melihat teman-teman yang lebih dalam segalanya. Lebih cantik, intelegensianya lebih menarik dan bakat-bakat lainnya, yang membuatku insecure setengah dewa. Dengan sabar, Ayah memotivasiku. “Hana, dengarkan Ayah. Kamu bisa. Sesuatu yang belum terjadi jangan dipikirkan. Jangan overthinking. Ayah yakin kamu pasti bisa dan menang.” Semangat dari Ayahlah yang membuatku percaya diri. Dengan tekad tekun kuat, perkataan ayah menjadi nyata, putri kecilnya pun menjadi pemenang menjadi Duta Wisata Persahabatan Wonogiri.
Semangat juang serta motivasi dari Ayahpun terbawa hingga saat ini. Dengan percaya diri, ku melangkahkan kaki merantau dan bekerja sebagai guru sejarah di salah satu SMK favorite Kota Semarang. Suka duka menyelimuti dalam perjalananku menjadi seorang guru. Salah satu tantanganku yaitu, bagaimana agar siswa tidak bosan dengan pelajaran sejarah yang notabene menurut siswa merupakan pelajaran yang sangat tidak menarik dan membosankan. Aku teringat pesan Ayah, jika ingin siswa senang dengan pelajaran, buat siswa merasa nyaman dan jadilah guru yang menyenangkan. Lagi-lagi role model memberikan petuah manisnya untuk membakar semangat juang. Siswapun ku ajak untuk membuat proyek Talking to The Maps dan Sunda Manda dalam pelajaran sejarah, mendengarkan musik di kelas ketika mulai bosan, ice breaking yang menarik dan menjadi sahabat anak. Anak-anakpun enjoy dan tentunya mata pelajaran sejarahpun menjadi salah satu mata pelajaran favorite mereka.
Ayah, terima kasih telah mengajarkanku banyak hal tentang kehidupan, terima kasih untuk selalu disampingku dan terima kasih untuk selalu mengajari arti tulusnya hatimu untukku. Tulus cinta dalam sanubari yang akhirnya ku tularkan pada anak didikku. Sebagaimana mentari, senyuman Ayah selalu menyinari di relung hati ini.
Wonogiri, 27 Maret 2023

Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar