Sesuatu tidak akan terjadi kalau tidak ada penyebabnya. Kejadian akhir-akhir ini secara langsung dan tidak langsung mengganggu dinamika kenyamanan hidup kita sebagai warga dunia.

Sejak televisi masih hitam putih sampai sekarang sudah LED, sejak saya masih kecil hingga kini usia saya sudah setengah abad lebih sedikit, sejak Presiden Soekarno sampai sekarang Presiden Joko Widodo.

Yang namanya Palestina dan Israel tidak ada henti-hentinya, secara terus menerus memenuhi materi berita, sejak saya baru mengenal acara “Dunia dalam Berita” di TVRI sampai sekarang di banyak berita TV tentang konflik di wilayah Palestina dan Israel.

Guru adalah seorang yang merdeka, karena tugas utamanya menyampaikan ilmu pengetahuan. Menurut saya persoalan Palestina dan Israel, hanya dapat diselesaikan oleh kedua belah pihak, tanpa campur tangan negara lain. Organisasi internasional seperti PBB dan OKI belum terlihat dapat membantu mengatasi konflik yang tak kunjung berakhir tersebut.

Perlu adanya rekonsiliasi, masing-masing pihak seharusnya tidak saling mengklaim merasa benar sendiri, tetapi masing-masing harus menginstrospeksi dirinya.

Kebencian tidak bisa diselesaikan dengan kebencian, kebencian hanya bisa diselesaikan dengan cinta dan kasih sayang. Kegelapan harus diterangi dengan cahaya, mencari kebenaran tentang “ Berebut Ibu Kota” dengan kejernihan hati dan kejujuran.

Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan, kalau kedua belah pihak berkomitmen untuk menyelesaikannya, tentunya tanpa campur tangan negara lain dan atas ridho dari Allah SWT.

Menurut saya solusi terakhir, resep Jawa “Sing wis yo wis”/ “Yang sudah ya sudah”. Bapak Benjamin Netanyahu dan Bapak Mahmoud Abbas gelem ora nganggo serepku iki/ mau nggak pakai resepku ini.