Hari Prasetio

Lahir di Cilacap 25 Maret 1967. Lulusan SDN 1 Karangtalun Cilacap (1980), SMPN 4 Cilacap (1983), SMAN 1 Cilacap (1986). Alumni Universitas Sebelas Maret Sur...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kearifan Orang Desa
Sumber : travel.kompas.com - warga Pekuncen Banyumas

Kearifan Orang Desa

Pada saat ini kita menyadari sepenuhnya bahwa kearifan orang desa adalah modal untuk membangun kehidupan masyarakat yang tentram dan damai. Masyarakat yang dipenuhi oleh suasana berebut, serba transaksional, apalagi penuh dengan nuansa kapitalis dalam berbagai lapangan kehidupan akan melahirkan kegelisahan dan kekecewaan. Suasana serba konflik, adu domba, saling menjatuhkan, dan bidik membidik yang selalu mewarnai kehidupan pada akhir-akhir ini, menggambarkan bahwa nilai-nilai, norma-norma, gotong royong, adat istiadat, dan ajaran agama sudah semakin ditinggalkan.

Sebaiknya kita belajar dari tempat ibadah. Di masjid orang bertemu untuk menjalankan sholat berjamaah. Di sana tidak ada transaksi, semua orang dipersilahkan untuk menempati tempat yang disukai. Siapa saja boleh memilih tempat di depan, di tengah, atau di belakang, asal masih tersedia. Fasilitas yang ada, semua gratis. Untuk mendapatkan tempat sholat tidak perlu membayar, termasuk mendengarkan pengajian dan mendengar khotib berkhotbah. Maka, seolah-olah hanya tempat ibadah itu saja di jaman modern ini yang masih terdapat suasana bergotong- royong, dan hal itu tidak ada di berbagai tempat lainnya.

Di masjid, selain kegiatan ibadah ritual, juga terdapat kegiatan bersedekah, pembagian zakat, penyembelihan dan pembagian daging kurban, penyantunan fakir miskin dan anak yatim, kegiatan orang yang sedang dalam perjalanan, dan lain-lain. Dalam kegiatan itu juga tergambar adanya gotong royong antara orang yang berkelebihan dengan orang berkekurangan. Selain itu, melalui kegiatan pendidikan di tempat-tempat ibadah berupa pengajian, dialog, diskusi, dan lain-lain tampak adanya solidaritas sosial atau saling bantu membantu di antara sesama.

Sehingga, ketika orang tidak rajin ke tempat ibadah, maka sudah tidak pernah melihat atau paling tidak mereka akan sulit mengalami, apa yang disebut bergotong royong. Sebab, di mana-mana tradisi gotong royong yang sebenarnya amat indah itu sudah hilang dari kehidupan bersama. Bergotong royong dalam kehidupan apa saja, sudah berganti dengan bertransaksi. Bahkan, kata gotong royong sudah jarang terdengar lagi. Padahal kitab suci Al Qur’an mengajarkan agar setiap orang melakukannya. Berta’awun atau tolong menolong dalam kebaikan dan menuju taqwa, menjadikan kehidupan ini semakin indah.

Semua agama mengajarkan tentang akhlak mulia. Dalam Islam, kehidupan sesama harus diwarnai oleh suasana saling mengenal, memahami, menghargai, menghormati, menjalin kasih sayang, bekerjasama, dan bergotong royong. Ternyata ajaran yang mulia sebagai bentuk solidaritas sosial itu, dalam batas-batas tertentu, justru lebih ditemukan dalam kehidupan di pedesaan. Kearifan lebih dikedepankan dari pada kekuatan rasionalnya. Itulah yang menjadikan kehidupan di pedesaan lebih manusiawi. Islam sebenarnya telah mengajarkan nilai-nilai luhur dan mulia. Oleh karena itu, banyak orang mengalami kegelisahan dan kekecewaan dalam menghadapi kehidupan akhir-akhir ini, maka jalan keluarnya adalah kembali pada identitas atau jati diri masyarakat kita dan ajaran agama yang menjunjung tinggi kearifan itu.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post