Tiga Jolay
Kisah ini tak ada hubungannya dengan kisah sinetron yang saat ini sedang populer di sebuah stasiun televisi. Tokoh ,alur cerita, setingnyapun beda.
Tiga Jolay sebutan kami, meniru judul sinetron televisi. Tiga JOko krempeng kaya LAYangan. diambil dari keadaan kami yang kurus kering kurang gizi. Kami sebut saja Har, Was dan Pan. Kami bukan tetangga apalagi saudara. pendidikanlah yang membuat kami harus menjalani hidup bersama. Sebenarnya kami tidak berada di sekolah yang sama bahkan masuk sekolah kami pun ada yang berbeda, pagi dan siang. Dari sekian banyak perbedaan kami disatukan oleh PPP. Jangan salah ini bukan nama yang sudah ada sejak orde baru. P3 adalah singkatan dari Pelajar Perantau Pas pasan. Teman ku yang dari Purwodadi dapat kiriman sebulan sekali. Yang dari Wonogiri hanya mengandalkan kalau ada famili yang iba hati, sedangkan aku pulang seminggu sekali. Kami tinggal dalam satu asrama yang dikelola oleh organisasi Muhammadiyah sebagai santri kalong. santri yang hanya ikut kegiatan di malam hari.
Sebagai teman sekamar dalam asrama kami sudah seperti saudara. Suka duka ditanggung bersama. Ada sama dimakan tak ada sama puasa.
Pada setiap liburan semester biasanya santri pulang semua. namun kawanku yang dari Purwodadi tetap di asrama karena memang diia sudah tak punya orang tua. Dengan terpakasa kami berdua menemaninya.
Uang saku yang diberikan kakekku hanya cukup untuk tiga hari saja . maka praktis hanya sampai hari kedua dipakai bertiga.
“was sesuk poso yo” kataku pada teman dari wonogiri.
“ yo, lha sayure opo” tanya temanku.
“ mengko ngliwete nganggo uyah sisan” jawabku.
Siang harinya perut kami terasa ada masalah. rasa sakiit bercampur melilit lilit luar biasa. dan ternyata kami diare. Barang kali kami terlalu banyak ngasih garam tadii malam.
Esok harinya kami tak lagi puasa.disamping karena trauma. teman kami Was tak nyaman badannya. Dalam keadaan lemas menahan lapar dan badan tak nyaman, tiba tiba datang seorang teman putra dari pengelola asrama.
“ ngopo kok do ketok lemes, luwe? nyo “ sapanya sambil menyodorkan selembar uang lima ribuan. mas Fanani demikian nama putra kiai kami memang terkenal supel dan murah hati.
“ alhamdulillah ya Alloh kau kirimkan rejeki kami hari ini lewat mas Fanani” ucap syukurku dalam hati.
Besok paginya kami dipanggil oleh salah satu pengurus asrama. Kami diminta membantu menanam pohon jambu di kebunya -saat itu jambu bangkok sedang trend.
“ Ya Rohman Ya Rohim kau kirimkan rejekiku lewat tanaman jambu dilahan milik ustadzku” doa ku dalam kalbu. Kami sarapan dan makan siang dirumah nya dan ketika pulang beliau bawakan beberapa ketela.
“nyo sesuk nggo sarapan no asrama” katan ppak ustadz waktu kami berpamitan.
Hari berikutnya kami hanya makan ketela pemberian dari pak ustadz. Siang hari selepas sholat dhuhur , was pamit mau coba cari kerja. Kamipun hanya menunggu sampai sore. Jam menunjukkan pukul lima tapi Was belum juga pulang. Aku dan Pan hanya saling bertanya kemana Was bekerja. Pulang dari masjid Was sudah sampai di asrama. Ada tanda tanya dibenak kami berdua, karena di meja sudah ada nasi dan lauknya.
“ kowe tuku Was?” tanyaku
“ra iki sing maringi pak Samsudin” jawabnya yang kemudian diikuti dengan cerita panjang lebar tentang bagaimana ia minta pekerjaan dan juga minta bayaran.
Pak Samsudin adalah seorang penggusaha tegel dan beton didekat asrama. pekerjanya banyak.
“pak kulo bade kerjo sak dangune preen niki nopo pareng pak” ceritanya waktu bertemu pak Samsudin.
“po kowe kuwat kerjo no tegelan” tanya pak Samsudin melihat badan Was yang kurus dan kerempeng.
“kowe njaluk opah piro” lanjutnya setelah lama melihat Was barangkali iba.
“pak nek opah kulo mboten ngarani sing penting mengke yen maemane tirah kulo beto mantuk ngge konco konco kulo” pintanya lugu.
“yo iki turahan soko pak Samsudin nggo sing do nyambut gawe” kata Was mengakiri cerita tentang makanan yang ada di atas meja.
Haru bercampur pilu begitu membekas di kalbu. Sampai setelah sekian waktu kami berpisah nama Was masih tertanam dihatiku. Setelah lulus aku melanjutkan ke perguruan tinggi. sedang was dipercaya pak Samsudin untuk menjadi kepercayaanya di salah satu cabang usahanya. dan Pan ia pulang ke purwodadi dan tak tahu kabanya sampai kini.
Beberapa waktu yang lalu mampirlah seseorang yang mencari kayu cendana di rumahku. Aku banyak bertanya tentang apa guna dan cara mengolah kayu cendana. Diakir kami berbincang bincang ku tanyakan alamat rumahnya. Dan yang membuat aku tertarik adalah ternyata ia berasal dari desa Pagutan Wonogiri, desa dimana, Was, temanku berasal. Aku tanyakan kabar tentang sahabatku itu. Dan jawabanya sungguh membahagiakanku.
“Pak was? gih niko sak klurahan kalih kulo, mung bedo dukuh. sak niki pun dadi tiyang sukses enten jakarta. karyawane kathah keng mriki” katanya menerangkan panjang lebar.
Ada rasa bahagia mendengar keberhasilan usaha dan kemapanan hidupnya. dalam hati aku berkata” ya Alloh telah kau tunjukkan bukti firmanmu “Barangsiapa yang bertaqwa kepada Alloh maka akan diberikan baginya jalan keluar dari kesulitan dan diberi rejeki dari jalan yang tidak disangka sangka.”
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
P3 nya kompak nih. Sukses semua ya. Alhamdulillah.
he he he nasib pelajar tahun 80 an
sip.. rejeki nggolekki ... sebagaimana bayangan kita dan diri kita. Oke.. matur nuwun sugeng makarya.
njih mas matur nuwun. gesang mung sak dermo nglampahi. tabah, iklas lan sukur ingkang kedah kita gadahi
njih mas matur nuwun. gesang mung sak dermo nglampahi. tabah, iklas lan sukur ingkang kedah kita gadahi