Hariza

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Bayi Diklatsar

Bayi Diklatsar

Pendidikan dan Pelatihan Dasar (Diklatsar) adalah fase yang harus dilalui oleh setiap CPNS. Pelaksanaan diklatsar sangat dinanti-nantikan oleh CPNS karena ini menjadi acuan statusnya akan segera berubah menjadi PNS. Diklatsar tersebut dilaksanakan selama 21 hari klasikal dan dilanjutkan 1 bulan aktualisasi.

Para cpns angkatan 2019 sangat antusias menunggu giliran pemanggilan untuk melaksanakan diklatsar. Tapi tidak bagiku. Ya, saat itu kehamilanku sudah memasuki usia 8 bulan. Perut sudah cukup besar, kaki bengkak, dan kemampuan beraktifitas sudah terbatas. Tapi tidak ada pilihan lain. Aku tetap harus menjalaninya. Ku yakinkan suamiku, "insyaallah aku kuat." Dengan berat hati, akhirnya suamiku menandatangani surat pernyataan pertanggungjawaban atas segala resiko selama pelaksanaan diklatsar.

Hari itu pun tiba, saya harus berangkat ke Malang untuk melaksanakan diklatsar. Tak dapat ku tahan air mata saat berpamitan pada seluruh anggota keluarga. Sungguh badan ini sangat lemah, berat rasanya harus berjuang sendiri jauh dari keluarga. Kumantapkan hati kembali. Allah akan mudahkan. Allah akan kuatkan. Laa haula wa la quwwata illa billah.

Setelah berkumpul dengan teman satu kontingen, energiku bertambah. Teman se angkatanku memang mayoritas ibu hamil. Tapi, usia kandunganku tertua dibanding mereka. Kami pun saling menguatkan.

Sesampainya di tempat diklatsar, hati ini bertambah lega. Pihak terkait memberikan kebijakan untuk meminimalisir resiko yang mungkin terjadi. Tempat diklatsar kami berhadapan langsung dengan Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA).

Hari demi hari dilalui, banyak keringanan yang diperoleh ibu hamil. Kegiatan yang melibatkan aktifitas fisik berat tidak harus kami laksanakan. Tapi tetap terasa berat, kegiatan klasikal yang mengharuskan duduk berjam-jam membuat kaki dan betisku bengkak parah.

Sabtu tepat pukul 2 dini hari, aku ke kamar mandi. Kaget rasanya, tiba-tiba keluar lendir bercampur darah. Ingin rasanya ku menangis. Apakah ini tanda-tanda melahirkan?. Bertahan ya Nak, 3 hari lagi kita pulang, sambil ku elus-elus perutku.

Selesai apel pagi, ku menceritakan hal ini pada dua teman seangkatan yang berprofesi dokter. Mereka kaget dan menyarankan untuk segera periksa kehamilan. Merekapun memintaku segera menghubungi keluarga untuk segera menyusul ke Malang. Namun, ku merasa masih baik-baik saja sama sekali tidak merasakan kontraksi.

Saat ishoma aku segera memeriksakan kehamilan. Dua teman membantuku mengurus izin dan mengantarku ke RSIA. Bapak satpampun menyemangatiku. "Semangat bu, hari ini tanggal cantik. Semoga lancar ya Bu." "Aamiin." Ku menimpali. Ya, saat itu bertepatan tanggal 22 bulan 2 tahun 2020.

Setelah melalui pemeriksaan, benar saja ternyata sudah masuk pembukaan 2. Aku segera menelfon suami untuk segera berangkat ke Malang. Tak lupa ku juga menelpon ibu meminta doa dari beliau. Untung saja ada adik sepupu yang kebetulan kuliah di Brawijaya Malang. Nuni namanya. Dialah yang menemaniku di kamar pasien.

Adzan berkumandang, sakitnya kontraksi semakin dahsyat. Lirih ku katakan pada Nuni, "tolong suamiku ditelfon, sudah nyampek mana, aku gak kuat." Dengan suara gemetar, Nuni menelfon suamiku. Wajar Nuni takut karena dia masih belia, baru kali pertama menemani orang yang akan melahirkan.

Tiba-tiba terdengar bunyi telfon, ternyata suamiku sudah sampai di RSIA. Nuni segera turun menjemput suamiku. Sesampainya di kamar, melihat keadaanku yang sudah tidak kuat, segera suamiku memanggil perawat. Aku diperiksa kembali. Ternyata sudah pembukaan 7. Perawat segera menyiapkan kursi roda. Saat itu aku harus segera dipindahkan ke ruang persalinan. Selang 5 menit kemudian bayiku lahir dengan berat 3,7 kg. Ya, dia bayi perempuan yang sehat dan menggemaskan.

Minggu siang, kami harus kembali ke tempat diklatsar. Saat itulah bayi berumur 1 hari itu menjadi penghuni termuda. Teman-teman diklatsar menyambut kedatangan kami.

Keesokan harinya, tetap ku jalani kegiatan sesuai jadwal. Masih dengan perut bergelambir tanpa stagen, aku harus naik turun menuju kelas untuk mengonsultasikan rancangan aktualisasi pada coach. Bayiku tetap di barak (kamar) didampingi Nuni.

Sampailah akhirnya pada waktu yang dinantikan. Selasa, saatnya aku seminar dan setelah itu pulang. Nampak suamiku berdiri di gerbang, tersenyum menyambut istri dan putri kecilnya. "Alhamdulillah saatnya kita pulang, terima kasih Nak telah menemani Ibumu berjuang," bisik suamiku pada putri kecilnya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Tulisan yang luar biasa

25 Sep
Balas



search

New Post