Hariza

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Setangkup Doa

Pukul 3 dini hari merupakan waktuku memulai semua rutinitas. Kokok ayam menjadi alarm alami yang selalu membuatku terjaga. Sebagai ibu rumah tangga yang juga menjadi guru, ku berusaha menyiapkan segala keperluan keluarga sebelum berangkat bekerja. Terlebih lagi ku memiliki dua putri yang masih balita. Baju dan keperluan sekolah si sulung yang masih TK selalu menjadi prioritasku. Meski tidak bisa melayaninya sebelum berangkat sekolah, setidaknya aku telah menyiapkan semua barang keperluannya.

Semua keperluan sudah ku siapkan, saatnya ku bangunkan si bungsu. Usianya baru menginjak 19 bulan. Badannya ginuk-ginuk menggemaskan.

"Adek, bangun yuk Dek." Bau kecut tiap anak selalu menjadi aroma yang membuat ibunya ketagihan. Ku bangunkan dia sambil mencium pipi dan lehernya. Si kecilpun menggeliat karena merasa geli.

"Harumnya anak Ibu, yuk bangun yuk!. Bangun tidur kuterus mandi tidak lupa menggosok gigi." Kulantunkan lagu yang membuatnya mulai terjaga. Meski kondisinya masih mengantuk, tetap kumandikan dia. Tak ada suara tangis, dia sudah terbiasa menahan dinginnya air dikala subuh.

Jam menunjukkan pukul 05.30, saatnya ku berangkat. Ku cium kening si Sulung sambil berpamitan, "Ibu berangkat ya sayang!" diapun mengangguk pelan meski masih terpejam. Ku cium tangan suamiku, diikuti si bungsu yang juga mencium tangan abinya. Ku tuntun si Bungsu menuju sepeda motor. Segera dia naik dan berdiri di bagian depan. Selepas cuti melahirkan, tiap hari aku menitipkannya pada saudara sepupuku.

Laju sepeda motor membuat hembusan angin semakin kencang. Tiba-tiba si bungsu membalikkan badannya untuk menghindari angin. Tangan kecilnya meraih dan memelukku. Ku pun langsung memeluknya dengan sebelah tangan, berusaha memberi sedikit kehangatan.

Setelah si bungsu sampai di rumah sepupuku, aku melanjutkan perjalanan menuju sekolah. Terbayang-bayang wajah dua buah hatiku. Maafkan Ibu Nak, tidak bisa membersamai kalian tiap hari 24 jam. Ibu memang tidak bisa selalu menjaga kalian. Tapi percayalah selalu ada setangkup doa yang Ibu panjatkan pada Sang Kuasa untuk keselamatan kalian, dunia dan akhirat.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen cerpennya, Bunda. Salam literasi!

27 Sep
Balas

Terima kasih. Salam literasi

27 Sep

Aamiin. Keren bunda Hariza.

27 Sep
Balas

Mohon bimbingannya, Pak

27 Sep

Mohon bimbingannya, Pak

27 Sep

Meleleh dirikuh say..semangat ya

27 Sep
Balas

Siap, ibu panutanku

27 Sep

Wow....keren. Tetap semangat menulis. Salam literasi.

27 Sep
Balas

Terima kasih, Pak. Salam literasi

28 Sep

Keren

27 Sep
Balas

Terima kasih Pak

27 Sep



search

New Post