Harlis Purwaningsih

Fb: Harlis Purwaningsih Lahir di Probolinggo dan mengenyam pendidikan mulai TK sampai Perguruan Tinggi di kota Malang yang tidak lagi dingin...sehingga memutus...

Selengkapnya
Navigasi Web

Cerita Kakek

MenulisRutin592(Hari ke 217, tahun ke II)

Erupsi Semeru yang terjadi sepuluh hari yang lalu menyisakan banyak cerita, ada cerita haru, sedih, bahkan cerita bahagia di seputar mereka yang bertemu dengan keluarganya di tempat pengungsian, padahal diprediksi sebelumnya anggota keluarga tersebut sudah meninggal. Yang mungkin saja terkubur bersama dengan kiriman pasir yang salah jalan, orang menyebutnya demikian, karena ada beberapa wilayah desa terdampak yang menerima akibat dari aliran lahar dan awan panas yang salah jalan ini, karena tidak melewati tempat yang disediakan.

Namun jika kembali dilakukan kilas balik, aliran lahar yang membawa pasir yang setiap hari dicari para penambang pasir ini, sepertinya juga sudah ingin protes dengan tingkah beberapa penambang yang mungkin saja terlalu menggebu dalam mencari pasir, sampai melupakan tugas utamanya beribadah kepada Allah, terlalu asyik kejar setoran pada para juragan yang mungkin saja justru tidak berdiam diri di desa tersebut, namun ikut merasakan manis sekaligus pahitnya kerusakan karena erupsi Semeru kali ini.” Mengapa harus bersedih, tatkala pasir dikirim ke rumahnya, mereka(pasir) ini datang sesuai undangan karena setiap hari dicari, bahkan dengan niat yang tidak lagi beribadah untuk menghidupi anak dan isteri.?”

Aku tersenyum tatkala kakek memulai taujiahnya untuk lebih mengenal alam, merawatnya, karena isi alam tidak hanya diperuntukkan untuk manusia semata. Demikian juga waktu 24 jam yang disediakan Allah, sebenarnya juga harus berbagi dengan makhluk Allah lainnya. Namun manusia justru sering melanggar nya hanya karena salah niat, lupa waktu sebagai makhluk yang terlanjur berjanji menyanggupi beribadah, yang sebelumnya telah ditawarkan pada makhluk lainnya, namun mereka menolaknya. Tapi manusia dengan penuh percaya diri menyanggupinya, namun berakhir dengan mengingkarinya, karena nafsu serakahnya.

“Jadi, mereka tetap harus bersyukur meski rumah dan lahan mereka terendam lahar, begitukah kek?” Dan kakek kembali tersenyum tatkala menjawab, tidak ada alasan untuk mengeluh bagi manusia, karena janji yang pernah diikrarkan sebelumnya, bahkan sudah sewajarnya manusia bersyukur karena diingatkan alam dengan kejadian tersebut. Bukan malah nglunjak dengan permintaan aneh-aneh sebagai wujud rasa tidak bersyukur, seperti beberapa contoh yang pernah saya tulis dalam pentigraf dengan judul “Nglunjak”

Sudah waktunya saling instropeksi dengan yang selama ini dilakukan, mari luruskan selalu niat untuk beribadah, apapun pekerjaannya. Melaksanakan kerja dengan penuh istiqomah dan amanah, Insha Allah akan selalu dalam lindungannya, Aamiin.

Lumajang, 14 Desember 2021

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

mantap keren cadas.. ulasan keren menewen... salam literasi sehat sukses selalu mbak Harlis

15 Dec
Balas



search

New Post