Sore itu, Egi sedang rebahan di kamar tidur untuk sekedar mengusir penat. Cuaca dingin diluar sana, karena awan hitam menggantung menandakan tak lama lagi akan hujan. Laptopnya menyala hasil kerjanya seharian ini. Di bukanya salah satu grup wa teratas. Sepertinya salah satu temannya bernama Adli menawarkan sesuatu ke grup. Iseng Egi membuka beberapa foto. Wow! Cencalok. Taulah kalian apa itu cencalok?. Cencalok adalah makanan khas melayu yang diolah dari udang kecil yang difermentasi. Rasanya asin namun nikmat.

Serta merta Egi menelan ludah. Cencalok itu menu favoritnya. Segera di japrinya Adli. "Beli setengah kilo, dli!" Katanya to the poin. Ternyata selain cencalok Adli juga menjual kerupuk basah khas Kapuas Hulu. Walau namanya kerupuk, penampakannya justru mirip empek-empek. Bentuknya lonjong memanjang dan biasa disebut temet. Kurbas ini juga makanan kesukaan Egi. Makannya dilengkapi dengan sambal cabe. Adli memberikan ikon jempol dan mengatakan segera otw. Disitulah Egi baru ingat kalo di rumah sudah tidak ada cabe rawit. Apa jadinya makan cencalok tanpa iriaan cabe rawit?

Egi tak kehabisan akal. Dengan segera ia menelpon Adli. Moga saja Adli bersedia dititipi cabe rawit. Dia bener-bener males keluar. Syukurlah pesanan cabe rawit 2 ons-nya disanggupi Adli. Jadilah ia bisa makan cencalok dengan cabe rawit favoritnya.