Sore itu hujan sangat lebat. Nayla yang lupa membawa jas hujan, terpaksa berteduh di salah satu ruko kosong di pinggir jalan. Beberapa kali ia menyalahkan adiknya Roy, yang selalu saja kelupaan melipat kembali jas hujan yang sedang dikeringkan, dan memasukkan kembali ke jok motor. Dengan bersungut-sungut Nayla menatap curah hujan dari atas langit yang tampak gelap itu. Dia berjanji jika dirumah nanti akan mengomeli Roy. Hujan ini sepertinya akan awet hingga malam nanti. Nayla membuka WA dan mengirimkan pesan ke mamanya. "Berteduh di ruko sebelum pasar, ma. Jas hujan ketinggalan".

Disaat tengah bersungut-sungut itulah, sesosok gadis berjilbab hijau tosca tampak terburu-buru pula memarkirkan motornya di ruko itu. Tampaknya dia juga lupa membawa jas hujan. Awalnya Nayla tak begitu menghiraukan, karena pikirannya masih bercabang antara kesal sekaligus cemas jika tak bisa pulang sebelum maghrib datang. "Eh, Nayla,ya?" Tetiba ia mendengar namanya disebut oleh sosok jilbab hijau tosca. Nayla mengangkat wajahnya. Dan betapa kagetnya ia saat sadar siapa yang berdiri di depannya. Afika, teman sebangkunya saat SMP dulu. Sudah lama, berarti. Sudah 7 tahun mereka tak pernah bertemu lagi. Karena Afika harus ikut orang tuanya yang pindah tugas ke kota lain. Dan seolah kembali ke kilatan blitz di masa lalu, mereka turut mengenang masa-masa bersekolah dan kehujanan bersama saat menuju pulang ke rumah. Tak disangka mereka akan bertemu lagi dengan suasana yang sama : dibawah guyuran hujan.

Dan sore itu, Nayla tak lagi berkeluh kesah. Dia justru sangat bersyukur Roy lupa menaruh kembali jas hujan itu. Jika tidak, mana bisa die bertemu kembali dengan sahabat lamanya ini. Yah, terkadang kita tak pernah tahu jika sesuatu yang awalnya kita anggap buruk, ternyata menjadi baik setelahnya.

***

🍀The Land of Luck, 14 Juli 2020🍀

#Tantangan menulis hari ke-16

#Tulisan ke-23