Puisi
SERUNAI CINTA
Puisi : Mis Silwati
dengan apa hendak kulukis cinta ini
bila pagi adalah bayang mimpi yang tersisa
dalam cerita tidur
lena hanyut hingga kokok ayam menyapa
serunai cinta belum genap untuk bergaum
aku masih memintal lembar benang dari kepompong
sutra yang kita tanam
menjadi helai kain untuk sajadah kehidupan
tempat cinta bertafakur sambil menghitung detik
usia yang terus merangkak seperti undur undur
aku tak menghitung seberapa banyak cinta yang kutuai
tak mengukur seberapa dalam rasa yang menancap
menerima bukanlah bagianku
kebahagiaan memberi itu ruang ketulusan paling hakiki
hingga lonceng waktu akhir berdentang
dan tubuh mendebu di tanah merah
Jakarta, 11 Maret 2020.
@Copyright Sil
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeeen Buuu. Pengen kayak gitu
Duh, bagaimana caranya memilih diksi sekeren ini
Keren
Terima kasih bu sudah hadir
wahhh...kereennn..puisinya cikgu..trmksh cikgu
Terima kasih mang Ridwan
Dan tubuh mendebu di tanah merah, keren Bu puisinya
Keren...
sutra yang kita tanammenjadi helai kain untuk sajadah kehidupantempat cinta bertafakur sambil menghitung detikYa Rabb... Indah sekali...Kalimat ini Cikgu...Barokallahu fieki, aamiin