SELINTAS PERKEMBANGAN SASTRA

Oleh : Mis Silwati

Sastra, seni dan budaya adalah suatu tradisi yang sudah terbentuk jauh sebelum bangsa asing masuk ke nusantara. Tradisi lokal asli menjadi suatu bentuk budaya bagi masyarakat Indonesia, misalnya tradisi bercerita dan bertutur, mantra-mantra dalam melakukan praktek pengobatan dan jampi-jampi yang diucapkan dalam suatu acara ritual adalah bentuk sastra yang berkembang di tengah masyarakat.

Tradisi bercerita di nusantara ini biasanya disampaikan oleh orang tua kepada anaknya sebagai upaya menanamkan nilai-nilai moral, etika dan norma.

Perkembangan sastra terus mengalami kemajuan dan pergesaran. Sastra tidak hanya sebagai pengajaran dan transformasi intelektual, nilai serta relijiusitas. Sastra adalah motivator dalam perjuangan. Hal ini bisa dilihat dalam beberapa karya puisi-puisi Khairil Anwar. Sastra juga sebagai media kritik terhadap penguasa, komunikasi dalam menyampaikan amanat kepada masyarakat baik itu melalui prosa maupun puisi.

Pasca kemerdekaan tokoh-tokoh sastra dikelompokkan dalam tiap angkatan. Angkatan ini memiliki ciri tersendiri dalam karya-karya sastra, tujuan sastra dapat dilihat dalam karya-karyanya. Diantaranya ada angkatan 66, angkatan 70, angkatan era 90-an.

Perkembangan sastra mengalami pergeseran dan kemajuan yang cukup signifikan. Kemunculan tokoh-tokoh sastra, baik penulis prosa maupun penyair memberi warna tersendiri dalam karyanya dan memiliki jender yang berbeda pula.

Transformasi ini berkembang seiring dengan perkembangan politik, sosial-budaya, teknologi dan ekonomi. Sastra sudah memiliki muatan ekonomi. Seorang pengarang atau penulis tidak hanya sekedar berkarya, menyampaikan kritik, atau berkomunikasi dengan masyarakat melalui karya, tetapi juga mengharapkan imbalan ekonomi.

Pengarang/penulis pada umumnya lebih ke arah komoditi industri. Karya-karya penulis bukan hanya bersifat ajaran. Mereka lebih kepada karya kreatif yang bernilai ekonomis, atau hanya sekedar hiburan.

Karya-karya puisi, penyair menyajikannya sebagai kritik sosial, kritik terhadap penguasa, kadang juga menyajikan sesuatu peristiwa yang terjadi pada masa tertentu sebagai rasa kepedulian.

Boleh dikatakan karya-karya sastra yang lahir pada era modern secara umum lebih bersifat kontemporer. Walaupun sebagian masih ada yang bersifat relijius. Sastra tersebut dapat kita jumpai dalam karya Danarto, Abdul Hadi WM, Kuntowijoyo, Sutardji Calzoum Bahri. Puisi mantra dalam sastra modern mulai terkikis. Mantra hanya dapat dijumpai dalam karya Ibrahim Sattah dan Sutardji Calzoum Bahri.

Pada era digital ragam karya sastra mengalami perubahan drastis. Eksis sang penulis dan penyair bahkan tanpa kurasi dengan mudah dijumpai tidak hanya di situs-situs milik pribadi, tetapi juga di media sosial. Kritik-kritik sosial tampak jelas dalam berbagai karya. Visualisasi karya juga menandai perkembangan sastra. Tradisi bertutur dan menulis diatas kertas berubah menjadi visual.

Kemunculan berbagai peristiwa sastra dapat dijumpai hampir sepanjang tahun, bahkan ada yang menjadikannya sebagai acara tahunan. Mulai dari temu penyair, temu sastra dan panggung-panggung yang bermuatan sastra sebagai media aspirasi memiliki tempat di kalangan para penyair dan penulis.

Jakarta, Desember 2019.

Salam kreatif,

Sil.