haryono

Harry B. Pras nama ini menggabungkan nama pemberian orang tuaku, dan nama bapakku. Aku diberi nama Haryono oleh bapakku yang bernama Bedjo Prasodjo. Sebagai seo...

Selengkapnya
Navigasi Web
CCTV RT/RW NET

CCTV RT/RW NET

Aku terbangun dari tidurku, disebabkan oleh suara kumandang sholawatan dari loudspeaker mushola yang terdekat dengan rumahku berbunyi kencang. Suara pak Dody sudah menggugahku—hampir setiap dini hari, suaranya bapak muda itu memecah keheningan pagi. Dia mengajak seluruh warga untuk segera beranjak dari peraduan. Mataku masih lima watt menyalanya, berat sekali untuk membuka hingga terang seperti lampu led. Kriyip-kriyip karena masih terkantuk-kantuk. HP androidku tiba-tiba layarnya menyala, itu yang mengundangku segera bangun. Entah ada pikiran apa yang merasukiku, tiba-tiba kok ingin menulis status di WA-ku pagi-pagi. Kamarku masih gelap gulita,mataku langsung tegang memelototi layar itu. Sebuah inspirasi yang kemarin aku lakukan kepada siswa-siswiku, saat mengajar mereka, seketika menyeruak dikeheningan pagi. Status WA [03:57, 10/4/2019] Pagi itu dengan langkah pasti kuayunkan langkahku, dari ruang guru aku berjalan menuju ke ruang kelas--ruang praktik. Setelah aku masuk ke lab, di ruangan sudah menungguku anak-anak kelas XI, mereka duduk dengan manis. Siswa siswiku berdoa dipimpin oleh ketua kelasnya. Itulah pertanda kalau aku harus mengajak mereka memulai belajar. Setelah selesai berdoa, sesaat kelasku mendadak hening. Aku keluarkan sebuah webcam murah yang pernah kubeli sekian tahun yang lalu. Mungkin bagi orang yang mahir IT, melihat webcam jadulku, mereka akan mencibir dengna suka rela. Tapi bagiku, benda itu bagaikan senjata andalanku yang nantinya dapat membuka cakrawala berpikir anak-anak yang sekarang sedang duduk manis di depanku, jika dikaji dengan benar. "Apa yang dapat kalian perbuat dengan alat ini?" kutunjukkan webcam tadi di depan mata mereka. Kelas pun hening kembali. Karena tidak ada sanggahan atau cuitan dari mereka. Gak seperti perang cuitan para netizen di medsos yang saling membabat atau membunuh karakter satu dengan yang lainnya. Ambyar deh kelakuan kayak begitu. Kecanggihan teknologi tiada berguna lagi. Miris deh...! Kugambar di papan tulis untuk mengajak isi otak para siswaku bergejolak. Sebuah kotak berbentuk kubus dengan spidol hitam, yang akhirnya kuberi judul sesuka hatiku. Pos ronda di sebuah RT—Kampung si Jagur. Sedetik pun belum sampai tulisanku kelar, langsung ada sambutan hangat. Salah satu siswaku nyeletuk dengan lantang. "Wah, bikin CCTV ya Pak?" "Nah, itu dia! Apa yang dapat kalian sempurnakan untuk sebuah webcam jadul ini menjadi alat CCTV murah untuk mengontrol keamanan di pos ronda RT kampungmu?" Pancingku. "Harus ada software, kabel jaringan. Atau alat Wifi-nya supaya bisa dipantau lewat HP." "Betul sekali!" Sahutku. Sambil mengacungkan like--jempol tangan kananku ke atas. Hampir saja aku mengangkat kedua kakiku supaya menambah jumlah jempol untuk nge-like. Aku pun menambahkan lagi. "Coba perhatikan. Kalo kalian dapat menyusun anggaran bahan yang nantinya dapat kalian fungsikan menjadi sebuah CCTV di RT kampung kalian, ke dalam bentuk sebuah usulan tertulis. Berarti kalian sudah dapat membuat RAB. Rencana Anggaran Biaya. Kalian sudah dapat membuat sebuah proposal." Siswa-siswiku cuma manggut-manggut. Senyumnya mengambang, tanda hatinya senang. "Betul Pak...!" Jerit mereka kompak. "Pernahkah kalian membuat proposal?" "Belum Pak." "Oke. Sebelum membuat proposal, praktikan dulu langkah-langkah membuat CCTV itu sampai berhasil. Kalo CCTV itu berfungsi dengan baik, nanti akan menguatkan proposal yang kalian buat. Supaya proposalmu tidak dianggap bodong!" Mereka semakin antusias. Karena CCTV yang dipraktikan berhasil. Anak-anak malah bergaya berselfie ria di depan webcam, mengajakku foto bersama. Aduuuuh, kok jadi korban si-Selfie juga nih!! "Baik. Pernahkah kalian mencetak sebuah tulisan dengan mode booklet?" tiba-tiba aku mengajukan pertanyaan kepada mereka. "Booklet yang gimana itu Pak?" Semakin penasaran saja mereka. Sebenarnya aku sengaja supaya mereka penasaran. "Maksud Bapak, mencetak tulisan bolak balik seukuran buku novel," lanjutku. "Belum Pak." "Baik, nanti proposalmu dicetak dengan mode booklet...," perintahku. Aku pun mengajari anak-anak bagaimana cara mencetak tulisan dengan mode booklet. Rasa bahagia mereka terpancar di wajahnya.

Hari itu aku pun sangat bangga. Hanya dengan modal webcam jadul yang kuberikan kepada ketua kelas untuk mencoba membuat alat pemantau keamanan lingkungan, mereka akhirnya malah mendapatkan beberapa hal yang baru. Sebentar ya, aku simpulkan dulu hal-hal baru itu….

1. Membuat CCTV untuk RT/RW 2. Menyusun RAB 3. Membuat proposal 4. Membuat e-book 5. Mencetak buku (booklet) 6. Kalo mereka jago menulis sudah dapat

membikin novel sendiri 7. Dapat ilmu bikin percetakan buku

Brow, aku masih ngantuk brow

*****

Sekejap saja aku menutup status WA-ku dan mengirimkan tulisanku. Anakku masih asyik menggeliatkan tubuhnya, tapi si Cantik itu sudah membelalakkan matanya, barangkali sebentar lagi dia mau bangun dan turun dari tempat tidur untuk menyusulku bangkit dari peraduannya. “Neng, ayah nitip tulisan ya, di WA..?” pintaku. Anggukan kepalanya sudah menjawab pertanyaanku. Aku pun sudah langsung memahaminya, karena dia memang pendiam. Terbukti kalau dia kutanya apa pun, jarang menjawab dengan jelas. Hanya kepala atau matanya yang bermain. Sebenarnya aku titip ke WA anakku, supaya tulisanku dapat aku paste-kan ke dinding Facebook-ku. Itu saja gak lebih. Memang benar, menulis suatu pengalaman yang realistis dan dibagikan kepada khalayak ramai, itu sungguh menginspirasi. Begitu kan brow, harapan setiap orang?! Tanpa harus menunggu adzan subuh berkumandang, tulisan yang kutitipkan di WA anakku langsung aku copy-paste-kan ke dinding Facebook-ku. Kata orang, menulis itu gampang. Tetapi seseorang yang ingin menjadi editor, dan mahir untuk memulas sebuah tulisan supaya lebih enak dibaca, dia itu harus memiliki ilmu setingkat dewa. Sementara aku hanya dapat menulis saja—gak lebih, bahkan belum berpikir untuk dapat mengedit sebuah tulisan agar menjadi enak dibaca orang. Namun, boleh saja kan kita belajar mengedit tulisan sendiri?! Kataku, aku ingin menjadi dewa… hahaha. Aku masih penasaran dengan copas-anku yang tadi pagi, dari WA-ku transit ke WA anak bungsuku. Gak begitu lama, terus aku terbangkan ke Facebook-ku. Nah, itu dia yang membuatku berargumen macem-macem. Apa tulisan di dinding Facebook-ku kurang pantes?! Ketika ada waktu senggang di sekolah, tempatku mengajar. Kuluangkan untuk membuka dinding Facebook-ku. Siapa tahu ada informasi yang menggelitik dengan tulisanku tadi pagi. Aku tersentak dengan tulisan dari salah satu alumniku, yang sekarang bekerja di Philipina. Tuh, lihat sendiri kutipan dari Facebook-ku... Dani Anggoro Putro : siswa siswi jadi tahu bahwa jika ada ide realisasikan, baru bisa bicara salary Dan secara ga langsung memperlihatkan dunia kerja Profesional, bahwa output/valuenya lah tujuan utamanya bukan proposalnya Bikin produk yg manfaat thats the point dan punya value Aryo Gendeng Dani Anggoro Putro tau aja juragan Philipine Dani Anggoro Putro Aryo Gendeng haha Aryo Gendeng Kalo dulu memancingnya,"Tolong bacain buku pemrograman PHP ini. Siapa tahu ada manfaat buatmu." Dani Anggoro Putro Aryo Gendeng hehehe, kalo saya visioner sih Pak Orangnya. Dinding Facebook-ku menjadi saksi diskusi indah ini. Tak kusangka, hanya dengan memamerkan webcam jadul kepada siswa-siswiku, ada reaksi heboh dari alumniku yang sudah melanglang buana.

Harry B. Pras

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Inspiratif, semoga berkah ilmunya pak Harry

08 Oct
Balas

Aamiiiiiiiiin...

08 Oct

Mantap sukses slalu pak

06 Oct
Balas

Terima kasih, Alahmadulillah, semoga kita semua dapat meraih mimpi. Aamiiiin

06 Oct

Hahah bisa aja Pak Har,. Tapi emg keren loh, kita butuh guru2 yg betul2 mengarahkan suatu project akan di terapkan dimana, dan apa outputnya lalu tinggal di bimbing, caranya biarkan mereka yg cari,. siswa pun sedikitnya tau bahwa dunia profesional itu seperti itu,. Yg bertahan adalah dia yg punya ide kemudian di realisasikan,.sehingga siswa tidak kaget nantinya di dunia kerja seperti apa

05 Oct
Balas

terima kasih. Dani selalu menjadi inspirasi adik-adik kelasmu. Sukses, sehat selalu. Semoga Allah SWT melindungimu di Philipine. Aamiiiiin...

05 Oct

mantap pak, dengan cara mengajar bapa memberi umpan, kami bisa lebih memahami materi yang sedang di dipelajari :D

05 Oct
Balas

Jujur banget nih si Fito. Bikin topi bapak gak muat dipakai... hahaha. Semoga sukses ya, seperti kakak kelasmu yang komen di atas itu. Semoga bisa menyusul ke Philipine atau kemana saja... melanglang buana. Allah SWT semoga mengabulkan mimpimu.... Aamiiiin

05 Oct

Aamiin YRA.Memang mantap pak, meskipun teman ada yg belum paham tentang materi yang sedang di pelajari, tapi kita bisa saling sharing tentang materi yang sedang dipelajari.

05 Oct
Balas

Dari dahulu sampai sekarang Bapak selalu menyuguhkan materi yang diluar silabus sekolah, tapi selalu bermanfaat, jadi ingat dlu pernah di nasehatin " Kamu harus berani berbicara di depan umum, nanti akan terpakai, mulai lah dahulu di depan teman teman kelas mu" kata - kata yang tidak pernah terlupakan hingga sekarang, dan ya bener Pak selalu terpakai ilmu SoftSkill itu sampai sekarang saat saya sudah bekerja hehe

07 Oct
Balas

hehehe, itu cuma selingan saja Ted. Alhamdulillah kalau sampai bermanfaat. Di atas langit masih ada langit. Kita bisa belajar lebih giat lagi.Semoga komentarmu memotivasi adik kelasmu juga...terima kasih.

07 Oct

Mantaplah pak

07 Oct
Balas



search

New Post