haryono

Harry B. Pras nama ini menggabungkan nama pemberian orang tuaku, dan nama bapakku. Aku diberi nama Haryono oleh bapakku yang bernama Bedjo Prasodjo. Sebagai seo...

Selengkapnya
Navigasi Web
LORONG WAKTU
CUPLIKAN CERITA UNTUK JUDUL BUKU

LORONG WAKTU

Aku perhatikan pamflet yang dikirimkan oleh istriku melalui WhatsApp itu berkali-kali. Kubaca dengan detail, takut ada yang kelewat olehku—susunan jadwal, nara sumber, tempat untuk kegiatan dan prosedur pendaftarannya. Rasa penasaran dalam hatiku semakin memburu—seirama dengan detak jantungku. Hobiku menulis yang sedang mulai kambuh, seakan harus diberi minum obat—sehari tiga kali. Setelah dua puluhan tahun tertimbun rasa malas akibat banyaknya kesibukan, tiba-tiba tergerak untuk segera menghempaskan virus kemalasanku jauh-jauh. Aku belum tahu, nanti kalau benar aku jadi ikutan kegiatan itu, kudu ketemu dengan siapa? Dan aku harus bagaimana?! Kan aku belum kenal siapa-siapa… “Tanyain dong ke temanmu. Apa saja yang harus disiapkan untuk mendaftar di acara itu?” rasa penasaranku terus menerus mendorong gejolak hatiku. Aku menyuruh istriku untuk mau membantuku. “Iya, nanti,” sahut istriku setengah menghindar. “Jangan nanti. Kan sudah dekat waktunya. Tinggal beberapa hari..,” potongku pendek. Biarin saja dia manyun. Hehehe… Rasa penasaranku memang sudah memuncak. Kalau setiap aku bangun tidur, kemudian melakukan aktifitas wajib pagiku, laptopku sudah setia menungguku. Sejak sebelum adzan subuh sudah kunyalakan lorong waktuku itu. Aku menyebut alat ketik canggihku itu dengan sebutan lorong waktu. Kenapa? Kalian mungkin sering beraktifitas sepertiku dengan memanfaatkan alat itu. blusukan kemana-mana, berselancar memasuki dunia lain—dunia maya—dunia kasat mata, bahkan ujung-ujungnya hanya bermain game online di pojokan meja sekedar membunuh waktu. Brow, tunggu sejenak ya, aku mau memasuki lorong waktu. Aku penasaran, apa betul ya, dengar dari kata orang-orang, ada seorang aki-aki yang baik hati, dia selalu menolong setiap orang yang bertanya dengan menjawab semua pertanyaannya. Aku sudah menjumpai singgasananya aki-aki tadi. “Kembali ke laaaaptoooop…!!!” kudengar sepintas ada jeritan seperti tadi. Aku kira suara aki-aki penjaga lorong waktu. Oh, ternyata bukan! Tiwas kaget kegirangan! Itu kan suara mas Thukul sedang senam bibir, biar tambah seksi. Maklum brow, acaranya tayang lagi! (maaf Mas Thukul, semoga rejekimu tetap barokah!). Benar brow, lorong waktu yang kumasuki sudah di pintu gerbangnya, aki Google. Tanpa mengetuk pintu, atau bilang assalamualaikum, kunci yang kutuliskan di pintu gerbangnya langsung membukakan jalanku. Kamu kalau mau mencoba sepertiku, nanti tinggal memilih, mau jawaban yang mana, yang sesuai dengan keinginanmu? Coba saja sendiri olehmu… Menunggu jawaban yang kuinginkan dari istriku, terbilang lama. Bikin aku BT! Karena aku harus menunggu informasi, jawaban dari temannya. Bisa aja nih nunggunya sampai besok pagi. Aku jelas gak akan sabar. Waktunya sudah mepet banget. Biarin deh, aku mau nanya ke aki Google saja. kepalang tanggung, sudah di depan pintu gerbangnya nih. Sebentar ya brow, aku mau menuliskan kata kuncinya dulu. Pelatihan Sagusabu Bogor 2. Oooooh, ternyata aki Google itu sebutan kalau dilain tempat. Kalau di Jawa sana disebutnya mbah Google! Aku sih sudah kenal dengan mbah Google kalau begitu. Kukira ada model yang lain—kembarannya. “Hallo mbah, gimana kabarnya?” tanyaku sok akrab. “Aki!!!, aku bukan mbah..!” bantahnya sedikit ngambek. Matanya sambil melotot sinis menatapku tajam. “Kan aku sudah kenal sama Mbah waktu di Jogja?” tantangku seakan meyakinkan dia. “Iya, ini kan di tanah Sunda. Panggil aku Aki Google!” cocornya mengkonter gaya ngeyelku yang berlebihan—aku dikira lebay kali ya?! Busyeeet, si mbah Google ini—jual mahal banget. Kenalan di Jogja sana sambil ngopi-ngopi bareng denganku, mau kok dia dipanggil simbah. Baru merantau ke Jawa Barat aja sombong—pingin dipanggil Aki! Ya sudah, dari pada benjol lagi! Terpaksa nih…, kalau lu… lu pade, kudu manggil aki Google jika di tanah Sunda, nanti kalau di Betawi—panggilannya kudu engkong Google ya brow! Kalau gak gitu, dia marah-marah terus! Soklay lo—sok alay lo! Lho… lho… lho?! Setelah aki Google memberi tahuku. Kok yang muncul di layar laptopku pamfletnya ada dua? Tempat pelaksanaannya juga ada dua. Mana nih yang benar?! Terus, aku ikutan yang mana? Wah, ada pelatihan Sagusabu tandingan nih?! Gumanku. Tapi setelah kuamati dengan seksama, nama kontak personnya sama. Nara sumbernya juga sama. Bedanya hanya keynote dan tempat pelaksanaannya saja. Ini sih kegiatan yang legal, hanya saja tempat dan keynote yang diganti. Kali saja ibu Bupati sedang sibuk, gak bisa membuka pelatihan—banyak undangan kali! Atau barang kali aja rencana tempat yang di sana dipindahin, mungkin ada acara yang telah memboking duluan. Betul brow, dengan kata lain, sedang dipakai kegiatan juga. Mungkin begitu adanya. Iya… iya… iya!! “Maaf, Punten, mau bertanya. Kegiatan pelatihan sagusabu Bogor 2 yang benar di mana ya lokasinya?” tanyaku via WhatsApp (WA) ke nomer kontak personnya. Aku pun mengirimkan dua buah pamflet yang berbeda, yang kuperoleh dari internet—via lorong waktuku. Setelah dikasih tahu aki Google barusan, satu lagi pamflet yang dikasih oleh teman istriku,”Masih ada kuota peserta kah?” lanjutku bertanya lagi. Aku merenung sambil menunggu informasi selanjutnya. Gak lama berselang. Layar WA-ku jadi penuh dengan japri-anku bersama si Kontak person. (hehehe, ceritanya kan belum kenal). “Ini yang benar Bu..! Masih ada.., ayo segera daftar Bu/bapak,” jawabnya. Nomer kontak person itu mengkonfirmasiku, ditunjukkanlah pamflet yang betulnya. Yang kulihat pamfletnya seperti yang dikirim oleh teman istriku. Ada revisi tempat kegiatan dan keynote saja. Oke… oke!! Aku manggut-manggut. “Saya Haryono . Terima kasih infonya.” “Ohh maaf.... . Mangga bapak.., segera daftar online.., ajak teman2 juga ya.” “Ijin share untuk ke grup sekolah.” “Mangga Bapak…hatur nuhun .” Wah, Alahamdulillah. Aki google baik banget. Sudah mengijinkanku memasuki lorong waktunya. Tapi aku masih penasaran, sampai saat ini aku kok belum menanyakan hal-hal pendaftaran pelatihan ya? Maksudku tata caranya. Ini sudah mendesak banget. “Punten, mohon info. Kalo daftarnya offline bisa tidak ya Bu? Kartu ATM saya kudu di-update. Syarat2 nya apa kalo daftar offline?” “Harus daftar online.. karena untuk pembuatan sertifikat.” Perasaanku, kok aku rewel banget ya?! Aku bersyukur, kontak personnya baik hati dan sabar banget menjawab semua pertanyaanku. “Untuk transfer kalo ATM belum bisa, apa boleh bayar saat registrasi? Mengisi pendaftaran tetap online. Kalo membaca isian onlinenya harus menyertakan struk transfer.” “Iya betul sekali pak. Karena sebelum kegiatan kami panitia harus menyelesaikan semua biaya baik untuk akomodasi MG, dll.” “Baik Bu, nanti saya usahakan transfer via rekening anak atau istri. Biar terdaftar dulu. Terima kasih infonya.” “Sama2 pak..” Sebentar brow. Aku mau minta tolong ke anakku supaya mentransfer dana untuk pendaftaran pelatihan Sagusabu. Sabar ya brow. Rada kesel sih, kartu ATM-ku kadaluwarsa tanggal aktifnya. Lupa, kemarin belum kuperpanjang lagi. Nah, pesenku untuk kalian, kalau punya sesuatu yang umurnya ada batasnya, sering-seringlah diperhatikan. Kalau mengalami hal sepertiku gimana? Ini kan urgen banget. Betul kan brow… Eh, sekali lagi, sebentar ya brow. Anakku sudah mengirimkan bukti tarnsfernya. Oh, iya betul. Buktinya sudah sampai di WA-ku. Lho, kok namanya Haryoni?! Hehehe.., salah tulis kali nih. “Saya sudah transfer pakai rekening anak. Maaf namanya salah, harusnya Haryono tertulis Haryoni. Nanti saya lanjut untuk pendaftaran online-nya. Maaf.” “Alhamdulillah…, terimakasih banyak pak… Loh bapak belum daftar online… Mangga daftar online dulu ya… Nanti nama Bapak akan dimasukkan di grup,” bujuk nomor kontak person melalui WA-nya. Dia mengarahkanku supaya segera mengisi data. “Nanti saya daftar online. Ini sedang di luar,” aku serta merta tidak dapat mengisi daftar online. Posisiku sedang perjalanan ke daerah Purwakarta—mendampingi rombongan siswa-siswi kunjungan insudtri. Nanti saja kalau sudah sampai rumah, aku lengkapi format pendaftarannya. “Siaap.” “Oke mksh jg Bu,” tulisku dengan bahasa WA. Tulisan yang dipotong-potong dan disingkat, supaya menghemat bahasa—tapi tetap saja tidak menghemat paketan data! “Ini link-nya ya Pak,” ibu itu memberitahuku untuk alamat daftar online-nya. Aku menunggu tulisan link itu muncul di WA-ku. Sementara aku membuka WA-pri dari temanku sebelum link yang dikirim oleh ibu, eh…., ibu siapa ya namanya. Oh, iya di pamflet ada namanya. Lupa terus membacanya. Oke brow, link yang dikirimkan oleh ibu itu sudah sampai. “Disini…. bogor2.mediaguru.id.” “Terima kasih Bu.” “Sama2 Pak..” Dari lorong waktu yang dipinjamkan oleh aki Google kepadaku, aku pun bisa bertemu dengan bu Edit walaupun masih WA-an. Iya betul, nama yang punya kontak person pendaftaran Sagusabu Bogor 2. Kesan pertamaku sungguh sangat ramah orangnya. Walaupun aku baru WA-an saja lho brow. “Pak, ikutan pelatihan SaguSabu?” Ujug-ujug HP-ku bergetar. Ada apa lagi nih? Oh, ada teman kerjaku yang baru saja nge-WA-ku. “Iya Bu. Gimana mau ikutan juga?” “Pingin. Tapi masih bingung. Coba tanyain ya Pak. Tolongin dong…” “Oke, saya tanya dulu ya…” Aku buru-buru kontak ke nomer bu Edit kembali, eh lagi bukan kembali. Mudah-mudahan masih bisa daftar dan masih ada kuota untuk jumlah pesertanya. Aku sih seneng seandainya bu Euis, temanku ini bisa ikutan juga. Karena aku nanti ada teman, dan menambah personil jika di sekolahku nanti digalakkan program literasi. “Bu, ada temanku yang menanyakan. Masih bisa daftar gak? Temanku guru bahasa Indonesia. Saya imbau temanku supaya japri ke Ibu. Siapa tahu masih ada kuota walaupun offline daftarnya,” tanyaku. “Masih ada pak.., 7 orang lagi.” Setelah dapat informasi dari panitia pelatihan, aku berusaha meneruskan ke temanku. Kalau kuota pelatihan masih ada—tersisa 7 orang. Tunggu punya tunggu, hampir satu jam aku menunggu jawaban darinya, belum dijawab juga oleh temanku. Eh, Alhamdulillah, dijawab juga akhirnya oleh dia. ”Insya Allah besok ikutan. Tapi aku belum daftar.” “Yang penting sudah ada niat ikutan!” Sejenak aku tinggalkan dunia WA-ku. Aku konsenterasi lagi di naskah ceritaku yang sedang aku tulis di laptopku. Kalau sedang berhamburan ide begini, terus aku leha-leha atau santai-santai tanpa menuangkan ide itu, bisa-bisa buyar lagi konsep ceritaku. Karena aku gak pernah menggunakan layout yang harus kudesain di kertas terlebih dahulu. Kebiasaanku menulis ketika ada ide datang buru-buru aku tuangkan di dalam tulisan. Masalah salah ketik, atau amburadul ceritanya—yowis ben! Gak masalah. Masbudi = masalah buat diriku? Kagak dong! Menjelang waktu maghrib tiba, aku menyempatkan mengedit tulisanku yang lain—mumpung senggang. Kalau hanya bisa menulis, semua orang pasti bisa. Tapi kalau tidak dibarengi dengan belajar menyunting dan mengedit tulisan sendiri, kapan aku bisanya?! Betul begitu kan brow…. Ujug-ujug…. Thuuuuuung!!! Kayaknya ada info dari WA-ku lagi nih. Tapi entah dari mana dan dari siapa?! Ibu Dahlia salah satu panitia pelatihan Sagusabu meng-added Bu euis—temanku. Alhamdulillah, batinku gembira campur senang. Bu Euis sudah masuk di grup, berarti nanti ikutan gabung pelatihan. Siiiiiip…!!! “Selamat bergabung Bu Euis Mariyah dan Dek Dwi Alfatiha…,” panggil bu Dahlia dari WA-nya. Ditulis olehnya di list grup WA yang semakin menumpuk pesertanya sejak kemarin. Sengaja tulisan-tulisan di WA grup tidak aku hapus, barangkali nanti ada manfaatnya. Rencanaku sudah setengah matang, nanti bakalan untuk cerita kumpulan cerpenku. Hehehe… “Selamat bergabung Bu Euis...,” aku pun ikutan memanggilnya. “Terima kasih semua. Terima kasih pak Har.” ”Semangat Bu.” Ada sedikit kekecewaan lho brow. Kenapa? Kemarin-kemarin aku mengajak teman-temanku yang seprofesi dengan bu Euis. Juga temanku yang kupandang memiliki potensi dibidang tulis menulis. Tapi pada kenyataannya hanya satu orang yang ikut bergabung. Gak apa-apa lah, bu Euis sudah mewakili yang lain. Dan konfirmasi dari temanku yang tidak bisa ikut pelatihan, karena mereka mempunyai alasan lain. Okelah, memang pelaksanaannya hari Sabtu dan Minggu. Kalau mereka sudah memiliki acara keluarga lebih dahulu, jelas nanti mengganggu acara keluarga besarnya. Nanti aku yang disalahin… ogaaaah!! “Bu Edit, kapan ada pelatihan jilid 3 nya?” tanyaku. “Lihat sikon dulu ya Pak, kalau tidak bulan November, ya di bulan Desember. Nanti kalau sudah jelas tempat dan waktunya, diinformasikan kembali .” “Terima kasih Bu. ,” jawabku. “Sama-sama Pak.” Bismillah, semoga benar adanya. Kegiatan SAGUSABU Bogor 3 dapat diadakan lagi. Aku banyak berharap, tempat pelatihan bisa di kota Bogor. Dua kali penyelenggaraan pelatihan, selalu di kabupaten terus! Kapan diadakan di kota Bogor-nya?! Dan semoga pula, bagi mereka—teman-temanku yang kemarin belum ikutan Sagusabu 2, masih mempunyai hasrat, dan mau ikut pelatihan bersama. Begitu harapanku. Mereka dapat menyusul ramai-ramai menegakkan tonggak literasi—ikut belajar menulis bersama! Kagak ada ruginya… Bravo friends….
DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post