Hartini

Hartini adalah seorang guru IPA di SMPN 1 Cigombong, Kabupaten Bogor...

Selengkapnya
Navigasi Web
CERMIN ANTIK (14) (90)

CERMIN ANTIK (14) (90)

Toni mengantarku ke rumah Riska. Aku mengatakan padanya, kalau ada hal penting dan mendadak yang harus aku lakukan di sana. Toni mengerti dan dengan senang hati mengantarkanku kesana. So sweet.. Kesan jalan bersama Toni terasa lebih menyenangkan, dengan pembawaan dan pembicaraan yang santai membuatku nyaman ketika berada di dekatnya. Sepertinya kami memiliki banyak kecocokan. Waduh, aku kok jadi baper gini, ya... he he...

Tiba di rumah Riska, aku mengajak Toni untuk ikut masuk.

“Aku pulang saja ya... Aku takut mengganggu, Lain kali saja. Terima kasih sudah mau menemani makan siang.” Toni tersenyum sambil melambaikan tangan. Mobil berwarna merah miliknya dengan segera meluncur menjauhi rumah Riska. Kupandangi mobil Toni sampai menghilang di belokan perumahan.

“Weni, ayo masuk.” Sarah ternyata sudah ada di belakangku. Kelihatannya dia sudah tak sabar menunggu kedatanganku. Mukanya terlihat tegang, tangannya menggamit lenganku untuk segera masuk rumah Riska.

Di ruang tamu, telah duduk Riska, dan dua orang laki-laki setengah baya. Yang satu pasti ayah Riska, yang satunya lagi siapa?

“Pak, ini Weni teman saya, yang tadi sudah saya ceritakan. Riska, ini teman kuliahku.” Sarah memperkenalkanku pada Riska dan kedua laki-laki di ruang tamu. “Weni, ini Riska teman SMA ku, ini Pak Mirta Ayah Riska, dan ini Pak Sani pemilik cermin antik sebelum dimiliki olehmu,” ujar Sarah menambahkan.

“Oh ini Nak Weni, ya.... Ayo silahkan duduk, Nak.” Ayah Riska mempersilahkan duduk. Aku tersenyum ke arah kedua laki-laki tersebut dengan benak penuh tanda tanya. Kedua laki-laki itu sepertinya belum terlalu tua, mungkin sekitar lima puluh tahun. Seisi rumah Riska banyak terdapat barang-barang antik. Kemungkinan ayahnya adalah kolektor barang antik.

Aku duduk di sofa panjang, diantara Sarah dan Riska. Sementara Pak Mirta dan Pak Sani duduk di hadapan kami. Aku merasa menjadi terdakwa di kursi pengadilan. Semua pandangan mata mengarah padaku. Kerongkonganku mendadak menjadi kering, mungkin pengaruh gugup. Riska seolah tahu yang kurasakan, dia mempersilahkan aku minum terlebih dahulu. Tanpa membuang waktu, aku mengambil air mineral kemasan di atas meja. Ah, segar...

Setelah basa-basi seadanya, Pak Sani mulai memandang serius padaku.

“Nak Weni, kalau boleh tahu, Bapak ingin mendengar kisah cermin antik yang ada di kamar Nak Weni,” Ujar Pak Sani. Oh, tentu saja ketegangan tadi bersumber pada kisahku. Semua ingin mendengar kisah Cermin Antik yang telah merubah hidupku.

Aku menceritakan semua kejadian-kejadian aneh setelah cermin antik menjadi penghuni kamar kostku. Suara-suaranya yang mengganggu di tengah malam, dan bagaimana tetesan-tetesan darah yang terjatuh tanpa sengaja di belakang cermin dapat menghentikan suara-suara tersebut, sekaligus merubah wajahku. Tentu saja kisah Igo dan Toni yang mendekatiku tidak aku ceritakan, walaupun kehadiran kedua laki-laki tersebut secara tidak langsung akibat dari keberadaan cermin antik tersebut.

Pak Mirta dan pak Sani mendengarkanku dengan serius, sekali-kali terlihat kepala mereka mengangguk saling bertatapan. Ah, sepertinya mereka tahu banyak tentang cermin antik yang aku miliki. Aku jadi penasaran, ada apa di balik semua ini?

(BERSAMBUNG)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Aku kelanjutannya

20 Apr
Balas

Terima kasih, Bu Suci... sudah mampir...

20 Apr

Mantap bu. Salam literasi.

20 Apr
Balas

Barang antik jadi inspirasi yang unik. Salam.

19 Apr
Balas

Terima kasih, pak... Salam literasi...

19 Apr

Kapan kelanjutannya? Mantap bun

19 Apr
Balas

Siap Bu... Terima kasih sudah mampir....

19 Apr

Kapan kelanjutannya? Mantap bun

19 Apr
Balas



search

New Post