Harul Erwanti Kustina

Lahir di Laweyan, Surakarta, 31 Maret 1967. Anak ketiga dari pasangan Madi Hartono dan Hartini. Menempuh pendidikan di Solo dr SD s.d. SMA. Meraih gelar sarjana...

Selengkapnya
Navigasi Web

MERAH YANG MENYATUKAN

Akhirnya tiba juga apa yang sudah lama kutunggu. Ikut acara Temu Nasional Guru Penulis (TNGP) tahun 2019.  Acara yang diselenggarakan dari tanggal 30 November sampai 1 Desember 2019 itu membuatku merajut harapan dan angan.  Berbekal rasa ingin bertemu dan merasakan geliat literasi  diantara para guru penulis hebat se- Indonesia. Presentasi CEO Media Guru, Bapak Ihsan, di saat pelatihan  SAGUSABU.yang membuat rasa penasaran dan  berhasil menyeretku ke acara ini.

Terus terang semangat ini bertambah ketika mata ini terpaku pada gambar benda-benda yang dipamerkan dari panitia via WA.  Sepertinya pepatah lama berlaku “ Dari mata turun ke hati”.  Godaan untuk memiliki benda-benda berlogo “ Media Guru” membuat kami jadi ingin segera datang supaya tidak kehabisan stok karena tidak ada pemesanan. Dari hari ke hari tayangan WA grup A TNGP semakin rame. Walau aku sendiri tidak begitu aktif di grup, senang dan terharu membaca tulisan teman-teman dari  daerah yang begitu sangat antusias untuk datang ke Jakarta demi mengejar acara ini. Belum juga kami bertemu muka tapi rasanya sudah menjadi satu keluarga besar yang hangat.  Kadang kalau sedang membaca grup WA TNGP 2019 serasa sedang duduk bersama. Aku tidak pernah absen untuk baca WA TNGP 2019. Cuma aku jarang ngrumpi.

Kabar buruk menimpaku, Jumat 1 Desember 2019,di malam hari rekan yang mau pergi bersama ternyata batal karena tidak bisa ijin dari kuliahnya ( sedang kuliah S2).  Wah...alamat berangkat sendirian.Ya, sudahlah aku nantinya juga bakal bertemu teman DKI Jakarta yang lain.  Malamnya aku sudah membuat daftar suvenir apa yang bakal kubeli antara lain; tas, jaket warna orange, kaos merah dan warna biru lengan pendek.  Hal yang lebih penting lagi adalah mengambil binkai foto “cover buku pertamaku” .  Sudah terbayang dengan senang dan bangga kutenteng figura itu sepanjang jalan seperti teman-teman yang lain. Malam rasanya lebih panjang dari malam-malam sebelumnya.  Kulirik persiapan yang sudah kulakukan.  Tas ransel kecil, botol minum, payung, buku bacaan, seperangkat alat tulis, tongsis, sepatu santai, dan termos mungil yang akan kuisi dengan kopi panas. Kemanapun aku pergi kopi panas atau teh panas tak pernah absen. Kulihat lagi dan kubaca WA lagi tambah panjang dan dalam hitungan tidak sampai menit selalu terdengar tring...tring..tring tanda chat masuk terus.  Bahkan sampai tengah malam masih aktif bunyi chat terdengar terus menerus. Ini menandai betapa bersemangatnya teman-teman penulis untuk segera berkumpul. Angka chat sampai menanjak ke angka 400-an.  Fantastis  bukan?   Saling menyapa dan mengabarkan perjalanan menuju Jakarta.   Membaca WA selama menjelang TNGP 2019 seperti sedang merangkai sebuah cerita dengan berbagai rasa. Pokoknya ramai, padat merayap seperti jalan Daan Mogot saat pagi di hari Senin .  Mentari cepatlah datang menyapa..tak sabar rasanya ingin bersua dengan penulis semua.

 

Paginya kembali “Dewi Fortuna” tidak memihakku.  Yang menyakitkan adalah “ kenapa mesti pagi ini?”  Di saat semua sudah ready to go. Aku harus berlapang dada, legowo. Tidak mungkin lagi pagi ini aku bisa berkumpul dengan para penulis hebat itu. Aku harus tetap berada di rumah karena urusan keluarga ditambah dengan anak semata wayangku yang masih TK dan tak ada yang momong. Coba bayangkan rasa dan warna hatiku seperti apa? Al hasil badan di rumah tapi hati dan pikiran ada di BalaiKota.  Memang harus melalui rintangan untuk menuju kebaikan. Hal itu yang membuatku sedikit terhibur. Terpaksa minta ijin sama Mbak Yuli kalau tidak bisa datang.

Dentingan-dentingan bunyi telepon genggam yang menandakan chat masuk membuatku lebih penasaran. Pasti lebih ramai dari sebelumnya karena ini hari “H”. Tak mampu aku mengehentikan keinginan untuk terus membuka dan melihat grup TNGP 2019.  Semakin dibaca semakin membuatku sakit hati. Enaknya berada di ball room Balai Kota Jakarta berbaur bersama penulis hebat yang berwajah sumringah. Belum lagi jepretan swafoto yang heboh dari tiap daerah yang begitu kompak dalam segala hal. Apalagi bergaya dengan membawa foto cover buku yang membanggakan itu. Bukan gedung balai kota atau perpusnas yang membuatku menyesal,tetapi suasana dan aura literasinya yang tidak bisa dicari dan diganti di manapun, kapan pun, dan dengan siapa pun itu. Aduh... tak terasa meleleh juga butir air mata.  Seperti iklan “ KESAN PERTAMA SELALU MENGGODA”. Hal itu yang tak dapat kumiliki. Aku janji besok harus datang walaupun tak berseragam seperti yang lain, yang penting warna merah.

Kembali busway membawaku ke Lebak Bulus sebagai titik kumpul hari kedua. Kami berdua berangkat.  Jangan tidak percaya kami memang di Jakarta tetapi ini juga MRT pertama kami. Jadi  sebenarnya kami dengan peserta lain sama-sama pengalaman pertama ber-MRT. Pedoman kami cuma satu cari sekelompok busana merah.  Benar juga dari kaca bus way di ujung  tepatnya di damkar memerah serasi dengan warna damkar. Kita langsung saling menyapa walaupun busana kami berbeda. Seperti sudah kenal lama padahal baru bertemu. itulah indahnya. Memang kita katakan seragam belum diambil karena kemarin absen. Bersama kita menuju stasiun MRT yang memerah di sana-sini.  Ikut   bergabung dengan daerah lain berfoto berdesakan tak peduli kelas A atau B yang penting merah. Tertinggal dengan rombongan pertama tak menjadi masalah masih banyak rombongan lain.  Kami bertemu dengan kelompok dari Padang. Duduk bersama, satu buku dibaca bersama,dan berbagi cerita. Sesekali kami saling mengambil foto di dalam MRT.

Sesampai di Kemdikbud menemukan hal yang sama memerah di sepanjang koridor gedung. Satu yang kami inginkan adalah mengambil seragam supaya lebih menyatu dengan yang lain, supaya auranya sama. Ternyata panitia belum siap membagi. Begitu bisa mengambil langsung kami berganti pakaian. Lega dan plog rasanya. Baru terasa dan seperti diakui keberadaannya. Sayang tidak berhasil membawa bingkai foto cover buku. Mungkin kesalahan kami karena kemarin tidak datang.

 

Acara lebih rileks dan terasa lebih santai. Ada hal yang menarik ketika salah satu peserta tampil yang bukan merupakan alumni SAGU SABU. Dia sudah menjadi seorang penulis tetapi tidak pernah diedit karyanya sehingga tidak diketahui apakah karyanya bagus atau tidak. Oleh karena itu, beliau ingin bergabung. Keinginannya adalah supaya karyanya diedit oleh Media Guru. Walau acara tak semegah hari pertama tetapi rasa persatuan sepertinya lebih terasa karena pakaian kami satu warna “merah” yang membakar, menyemangati, dan menjadi lebih berani untuk menulis lagi. Sayang gedung itu kurang memberi informasi jika ada kegiatan TNGP karena tidak ada tanda-tanda ke arah nama kegiatan. Coba satu spanduk saja melatari panggung. Pasti lebih terasa wow-nya. Yang jelas saya dan peserta yang lain yang senasib bisa berfoto dengan spanduk kegiatan seperti di Balai Kota Jakarta. TNGP 2020 kutunggu kedatanganmu dan aku akan datang. Janji. 

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                      

       

 

 

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Salam literasi.bu

15 Dec
Balas

Salam kenal kembali.. ibu Yayah. Tugaa di manakah ibu?

18 Dec
Balas

Salam literasi bu Risma.

18 Dec
Balas

Tulisan yang keren..Semoga di 2020 bisa bergabung lagi di TNGP.. Sukses dan salam kenal

15 Dec
Balas



search

New Post