Haryenti

Hobbi menulisku tersalur berkat rajin membaca pada waktu kecil dulu. Dulu hobbi menulisku tersalur pada catatan diariku, tersalur pada mading sekolahku. Sekaran...

Selengkapnya
Navigasi Web
Ibuku  Single Parent Dengan Sejuta Keistimewaan
Almh. ibu ketika membaca novel perdanaku tentang perjuangan beliau

Ibuku Single Parent Dengan Sejuta Keistimewaan

Menyandang titel sebagai single parent bukanlah suatu keinginan yang diharapkan oleh setiap orang. Tapi ketika takdir menuntun kesana, itu adalah sebuah ketentuan,bukan sebuah pilihan. Inilah yang dialami oleh ibuku. Wanita yang ikhlas ketika ditinggalkan oleh suaminya, saat menjalani hidup sebagai istri kedua.

Bagiku ibu adalah super mom, super sabar, super kuat, super berani, super hebat, pokoknya super segala-galanya. Saat kami menjalani hidup dirantau orang, ibu menjalani profesi sebagai seorang guru agama Sekolah Dasar, untuk menghidupi lima orang anaknya

Ibu mendidik kami menjadi anak-anak yang mandiri, harus bekerja demi menyambung hidup di negeri orang. Karena gaji yang beliau terima setiap bulannya tidak mencukupi kebutuhan kami sekeluarga. Tiap hari ibu menyiapkan dagangan buat kami, dibantu oleh kakak-kakakku. Aku bawa dagangan ke sekolah, dan menjualnya ketika jam istrirahat. Setiap hari aku berusaha agar dagangan ibu habis terjual. Dengan mengetepikan keinginanku, untuk bisa bermain bersama teman-teman sebayaku.

Karena kebaikan ibu dengan orang-orang yang tinggal disekeliling kami, rumah kayu yang kami tempati diberi tumpangan secara gratis. Karena belas kasihan para tetangga, kami sering diberi pakaian bekas yang sudah tidak mereka pakai lagi. Sering dikasih masakan, apabila mereka bikin masakan seperti gulai daging. Karena mereka tau, kami jarang makan dengan daging. Kalaupun ibu bikin telur rebus, satu butir harus dibagi enam biar semua kebagian.

Meskipun lingkungan kami orang-orang kaya, tapi ibu selalu mengajarkan kami tentang hidup sederhana, tidak boleh melihat ke atas, melihat material orang. Ibu selalu mengajarkan kami untuk tetap mensyukuri apa yang kami jalani saat ini. Meskipun kita miskin materi, tapi ibu selalu membekali kami dengan ibadah dan agama yang cukup. Didikan ibu yang disiplin, membuat aku tumbuh menjadi anak yang lebih dewasa dibandingkan dengan teman-teman seumuranku.

Di sekolah tempat ibu mengabdikan diri, beliau dikenal sebagai sosok seorang guru yang disenangi oleh murid-muridnya, beliau pandai bergaul dengan teman sesama mengajar. beliau menjadi guru idola dan panutan bagi siswa dan rekan-rekannya.

Dan aku termasuk salah seorang siswa beliau. Selain guru di sekolah ibu juga guruku di rumah. Malam hari ibu selalu mengulang pelajaranku, dan selalu mendampingiku membuat PR. Tak salah kalau akhirnya aku selalu juara di sekolah. Aku melihat raut wajah ibu selalu bahagia setiap melihat raportku, meskipun tidak ada yang namanya hadiah, tapi senyuman ibu memberi arti kalau beliau bangga padaku.

Tiga orang kakakku akhirnya bisa menyelesaikan sekolah mereka, walau hanya sampai SLTA dan SLTP. Karena hanya segitu kesanggupan ibu menyekolahkan mereka. Tapi kakak-kakakku ikhlas menerima karena mereka sadar, ibu tidak akan mampu menyekolahkan mereka. Sampailah akhirnya giliran aku tamat SLTA. Ibu sangat pengen aku kuliah, karena ibu sangat pengen sekali salah seorang anak beliau bisa menjadi seorang sarjana.

Alhasil, karena tekadku yang ingin membuat ibu bangga, aku berhasil masuk Perguruan Tinggi melalui jalur PMDK (siswa undangan). Aku berpikir bagaimana ibu bisa membiayai kuliahku, sementara beliau sudah pensiun. Tapi karena niat ibu yang tulus, empat tahun kuliahku mampu beliau atasi, meskipun harus mendatangi para tetangga untuk mendapatkan pinjaman.

Dan sebagai anak yang hidup pas-pasan, agar biaya kuliahku tidak memberatkan ibu, akupun senantiasa mencari pekerjaan yang bisa menghasilkan uang, membuat kerajinan-kerajinan tangan yang bisa aku jual pada teman-teman mahasiswa. Baju kuliah yang kadangkala juga hasil pinjaman dari teman satu kost, karena ibu tidak mampu membelikan baju-baju yang bagus.

Dan sekarang berkat kerja keras ibu, aku telah bisa mewarisi profesi ibu, menjadi seorang guru, menjadi seorang ASN sesuai dengan harapan ibu dan cita-citaku waktu kecil dulu. Terimakasih wanita hebatku, seorang single parent yang bisa membuktikan beliau wanita super dengan sejuta keistimewaanya. Dan semoga di alam sana beliau bisa menyaksikan kebahagiaan yang kunikmati saat ini.

Solok, 10 Januari 2021

#Lomba Menulis Januari 2021

Tentang Penulis

HARYENTI, lahir tanggal 06 Oktober 1974 di Kota Bukittinggi. Alumni IAIN Imam Bonjol Padang. Sebagai tenaga Pendidik di MTsN 7 Solok. Kec, X Koto Di Atas Kab.Solok Sumatera Barat, Guru Akidah Akhlak sejak tahun 1999 sampai sekarang.

Penulis sudah menghasilkan 16 buah karya, 5 buah buku solo dan 11 buah antologi. Alumni Sagusabu Kemenag Kab.Solok. Email : [email protected],

WA 085264165417

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sungguh perjuangan seorang ibu yang luar biasa, hingga mampu menghantarkan sang buah hati jadi ASN. Keren Bund. Semoga jadi pemenang. Sukses selalu dan barakallahu fiik

10 Jan
Balas

Alhamdulilah bunda... Aamiin. Mksii sdh mampir bun

10 Jan

Keren sekali ulasannya bunda

10 Jan
Balas

Mkasiii ibuuu

10 Jan

Keren ni! Insyaallah masuk nominasi!

10 Jan
Balas

Aamin.. Mksii diak

10 Jan



search

New Post