Haslidar

Tinggal di kota Padang Sumatera Barat, saat ini berstatus sebagai guru PAI pada SD Negeri 30 Cengkeh Kota Padang Sumatera Barat...

Selengkapnya
Navigasi Web
Putraku Yang Mandiri

Putraku Yang Mandiri

Asyiknya Hidup Mandiri

Kegiatan rutin setiap dua minggu sekali semenjak Rizki, putraku yang kedua sekolah disebuah pesantren di kota ini. Jarang sekali kulewatkan momen ini. Aku selalu berusaha menjemput dan mengantarnya setiap jadwal kunjungannya. Aku dan suamiku, ya kami selalu berdua dalam hal ini. Aku sudah bertekad akan selalu melakukan ini selama tak ada hal yang sangat penting yang tak bisa kutinggalkan.

Jemput antar ini salah satu bentuk penghargaanku pada keputusan putraku untuk menuntut ilmu di sini. Tak terhitung temannya yang akhirnya mundur teratur karena tak sanggup berpisah dari orang tua mereka. Tak sanggup hidup dalam kemandirian dengan segala keterbatasan yang ada dan sebenarnya bisa dinikmati. Tanpa kipas angin, mandi di kamar mandi umum dan bahkan untuk urusan selera mereka pun harus menerima sesuai menu yang tersedia.

Semenjak awal tinggal di asrama, tak kusangka anakku akan demikian mandirinya. Minggu pertama sekolah diizinkan kunjungan pada hari ahadnya, Kulihat kesibukan sebagian orang tua atau walimurid dengan anak-anak mereka. Sesekali aku berpapasan dengan ayah - bunda yang menenteng pakaian kotor anak-anak mereka. Satu kontainer plastik ada yang kujumpai sedang mereka angkat ke mobil mereka.

Melihat pemandangan ini, aku pun juga menerka hal ini akan terjadi, segera kususul Rizki ke depan asramanya. Tak lama dia muncul dengan menyandang tas ransel dipunggungnya. Begitu melihat kehadiran kami, dia tersenyum dan langsung mengajak pulang. Saya heran dan menanyakan pakaian kotornya yang akan dicuci dirumah.

Ternyata jawabannya diluar dugaan kami, tak ada pakaian kotor, semua sudah dicuci begitu selesai mandi beberapa hari yang lalu. Rupanya dia punya trik sendiri. Rizki tak mau menumpuk baju kotornya. Setiap mandi dia akan selalu mencuci pakaiannya yang kotor. Minimal sekali sehari dia mencuci.

Menjelang jam 17.30 WIB, dia sudah harus masuk asrama lagi, pemandangan seperti pagi kembali terhampar. Tapi kali ini pakaian yang mereka bawa sudah dalam kondisi bersih semua. Terdengar celotehan para ibu atau bunda mereka. Seharian berpacu mencuci dan mensetrika pakaian anak-anak mereka. Belum lagi ada pakaian yang dibiarkan basah sudah hampir seminggu, ditumpuk dalam kontainer plastik.

Yah, itulah sekelumit kisah anak-anak zaman sekarang memulai hidup di asrama. Mudah-mudahan anak-anak ini semakin mandiri seiring dengan berjalannya waktu. Maklumlah mereka masih sangat muda, tamat Sekolah Dasar. Kalau dibanding dengan teman sebaya mereka yang masih tinggal dengan orang tua. Mereka jauh lebih mandiri.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Senang apabila anak sudah bisa mandiri ya Bun...Semoga sukses selalu.. Barakallah..

24 Apr
Balas

Aamiin...iya bunda, terimakasih...

24 Apr
Balas



search

New Post