Hasrida Nengleli

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Sendu Mengusik Jiwaku ke Masa Lalu (Part 21)

Tantangan Hari ke-74

#TantanganGurusiana

. . .

Jodoh Untuk Veny

Entah mimpi apa aku semalam, tiba-tiba saja ibu masuk ke kamarku dan memanggilku, sembari menanyakan tentang calon pendamping hidupku. Aku memang agak sungkan membicarakan hal ini pada ibu. Apalagi selama ini aku belum punya yang namanya pacar, atau calon tunangan. Dulu pernah aku kenal Bang Darman di Gonda Ria. Tapi itukan hanya kenal sesaat. Walau pada saat itu hatiku memang agak tertarik pada diri Bang Darman.

“Veny, sekarang usiamu sudah seharusnya berumah tangga, Nak. Kenapa kamu belum menikah juga, apa ibu harus mencarikan pendamping hidupmu?” pertnayaan ibu membuatku galau. Aku diam sesaat. Jawaban apa yang harus aku berikan pada ibu. “ Ibu, dari segi umur memang sudah waktunya aku harus bermah tangga, teman-teman seusiaku sudah pada berumah tangga, namaun untuk berumah tangga bukan lah hal yang gampang. Semua perlu persiapan yang matang. Apalagi Veny juga tidak punya seseorang yang dapat jadi pilih sebagai pendamping hidup. Semua Veny serahkan pada Allah. Bukan kah rezeki, jodoh dan maut semua Allah yang mengatur?” Aku mencoba berkilah menjawab pertanyaan ibu. Ibu dudu disebelah sisi tempat tidurku, sementara itu aku masih saja berdiri di sebelah meja kerajaku. “Veny anakku....walaupun jodoh itu sudah ketentuan Allah, kita selaku manusia di minta untuk tetap ada usaha untuk itu. Allah tak akan memberikan begitu saja tanpa ada usaha dari kita.” “Jadi apa yang harus Veny lakukan ibu?” Aku coba duduk di dekat sebelah ibu di tempat tidurku sambil menyandarkan tubuh ke sisi sandaran sofa nya.

Ibu merangkul bahuku. “Veny, kalau kamu ibu jodohkan dengan seseorang kamu mau, Nak?” ada keraguan yang mendalam saat tawaran itu di lontarkan ibu padaku. Banyak hal yang aku takutkan dalam pernikahan yang di jodohkan itu. Apalagi aku tidak tahu siapa laki-laki yang akan menjadi suami sebagai imam dalam rumah tangga ku nanti. “Emangnya ada orang yang mau sama anak ibu ini. Terus kalau ia mau apa ibu juga bisa yakin Veny mau juga sama Beliau. Veny kan belum kenal dia, bangaimana dengan kepribadiannya, dari keluarga mana dia, bagaimana pula hatinya pada Veny atau sebaliknya.” Kataku dengan berbagai pertanyaan dan argumen. “Veny, ibu sudah kenal keluarganya, masalah bobot, bebet dan bibitnya sudah ibu pikirkan. Namanya Eman, Veny. Keluarganya juga orang sangat peduli dengan agama, kalau untuk imam bagi rumah tangga Veny nanti, ibu rasa pilihan ibu ini cocok dengan Veny. “ Terlihat di wajah ibu begitu yakin akan lelaki pilihannya untuk calon suamiku nanti. “Emangnya Beliau ibu kenal dari mana?” tanyaku penasaran. “Ia sudah lama ibu kenal, bahkan ia juga sudah pernah ke rumah kita, dan orang tua dan keluarganya juga sudah pernah datang untuk bersilarahmi dengan ibu.” “Kapan Bu mereka datang kesini? Rasanya belum pernah orang datang ke rumah kita sekeluarga yang ibu ceritakan. ” “Sudah Veny, ketika kamu pergi mengajar. Pada awalnya ibu anggap itu hanya silaturahmi biasa, tapi nampaknya keluarga Eman itu sangat baik dan sangat menginginkan kamu untuk jadi menantu.” “ Kenapa bisa? Venykan belum pernah kenal, Veny juga tak tahu mereka dan belum pernah bertemu mereka.” Rasa cemas di hati semakin menjadi. Aku takut aku salah mengambil keputusan. “Veny, ibu tak memaksamu untuk menerimanya secepat itu, kamu bisa kenalan dulu dengan Eman. Ibu lihat iya anak yang sholeh dan sangan baik, bahkan sangat santun. Dalam agama kita juga di sarankan untuk taaruf dulu dengan calon yang akan mendampingi hidup kita. Jadi nggak usah takut dan cemas.”

Aku agak lega ketika ibu menjelaskan itu. Jadi ibu tak berniat memaksaku. Kalau aku tak suka ibu juga tak memaksa. Semua keputusan akhir tetap saja di berikan ibu padaku. Alhamdulillah aku punya ibu yang sangat mengerti akan diriku.

-BERSAMBUNG-

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post