Hasrida Nengleli

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Sendu Mengusik Jiwaku ke Masa Lalu (Part 27)

Tantangan Hari ke-80

#TantanganGurusiana

. . .

Setelah kami sholat, kami kembali ke mobil yang terparkir di rumah makan. Aku masuk ke mobil yang sama dengan dua adikku sedangkan ayah sendiri melaju membawa mobil menuju ke proyek tempat Beliau bekerja. Aku minta antar ke sekolah, ada hal yang aku selesaikan. Kemudian aku mohon izin pulang lebih awal, karena aku ingin menyiapkan masakan makanan kesukaan ayah untuk nanti malam. Aku ingin menyambut kedatangan ayah dengan cara yang lebih istimewa, supaya ayah tetap dapat merasakan bahwa kami sangat menyanginya seperti dahulu. Tak ada rasa kurang rasa sayang kami pada ayah, walau ayah sudah beristri lagi.

Di perjalanan menuju ke rumah, aku sempat mampir di warung lengkap ikan dan sayur. Aku pilih ikan kesukaan ayah. Aku belanja bahan lauk, sayur, dan untuk makanan kecil nanti malam. Aku siapkan juga buah pepaya madu yang sangat ranum untuk makan malam nanti. Selesai sudah belanja, dengan segera aku pulang. “ Bang, Fauzi, Kakak terlihat bersemangat.” Kata Aan mulai menggodaku. “Jangan-jangan bersemangatnya karena sudah tahu kalau bang Eman itu ternyata Bang Darman.”Fauzi juga ikut menggodaku. “Adik-adiku sayang, yang membuat kakak bersemangat itu, nanti malam ayah kita akan pulang ke rumah kita. Kakak sangat mengharapkan kita sekeluarga lengkap bisa makan satu meja seperti dahulu. Ada ayah, ibu, dan kita anak-anaknya.” Jelasku belindung di balik pengharapan dan rasa senang akan di jodohkan dengan Bang Darman. “Nah, justru itu, setelah kita lengkap, disitulah kita semua akan buka dan membahas masalah perjodohan kakak denganBang Darman.” Fauzi juga tak habis-habisnya menggoda aku. “Eh, Kak... kakak yakin nggak, kalau ayah setuju dengan rencana ini. Jangan-jangan ayah tak setuju kalau kak veny dijodohkan.” Aan terlihat ada ekspresi khawatir dengan rencana nanti malam. “Tak usah khawatir, semogan semua rencana berjalan lancar.”

Tak terasa kami sudah mentok parkir di halaman rumah. Aku segera turun dan menemui ibu. “Ibu, tadi kami sudah jumpa ayah, nah, nanti malam ayah akan ke rumah kita, dan Veny rasa, nanti malamlah saat yang tepat untuk membicarakan rencana itu.” “Jadi kalian belum beri tahu ayah tentang rencana itu?” “Belum Ibu, rasanya tak mungkin dalam waktu istirahat ayah bekerja kita masuk bicara hal yang serius ini. Maka dari itu kami minta ayah untuk pulang ke rumah kita malam ini.” “Kamu bawa apa Veny?” tanya ibu sambil melihat isi kantong kresek kumpulan belanjaku di warung tadi. “Oh, ini, tadi Veny mampir di warung belanja, mau masak makanan kesukaan ayah.” Jelasku pada ibu. “Mari ibu bantu masak, sana kamu ganti baju dulu, biar ibu yang bawa belanjaan mu ini ke dapur.” Pinta ibu sambil meraih kantong kresek belanjaan. Aku tersenyum melihat ibu juga bersemangat untuk masak makanan kesukaan ayah. Aku tahu betul bahwa ibu sangat menyayangi ayah. Dan sangat menghormati ayah. Walau ayah jarang pulang, ibu tak banyak menuntut. Iya terima semua dengan ihklas.

-BERSAMBUNG-

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post