Harapan yang Tak Terbayangkan
Aku berjalan menuju kota, berjalan hanya untuk mencari keramaian.
Ternyata, merasa sepi itu menyedihkan juga ya..
Di sudut kota yang ramai ini, teringat kenangan-kenangan dulu.
Di sudut kampus itu pula, kita berfoto bersama, berbagi cerita bersama, dan lalui hari bersama-sama.
Dan cerita terakhir yang meresapi hati, masih mengaung di telinga.
“Nanti setiap Ramadhan, kita bagi-bagi takjil ya, ngisi pengajian, terus kita bantu deh orang yang lagi butuh.”
Jleb. Aku jadi teringat satu hal. “Kalau kita ingin menjadi yang baik, maka yang dihadirkan-Nya adalah yang terbaik.”
Sayangnya, nasehat-nasehatnya yang teduh itu sudah lama belum juga menyapa hingga sekarang.
15 Maret 2020: Pertemuan kita ditutup sore hari itu. Kita hidup diantara waktu yang tak bisa dijeda. Kita akan berjarak. Masa depan juga telah mempertemukan kita masing-masing. Perpisahan ini begitu menyesakkan. Sejak hari itu pula, kami tidak lagi pernah bertemu, mereka dengan kesibukannya sendiri di kampong halamannya, dan aku dengan mimpiku sendiri.
Kadang aku kesal, kenapa dulu untuk mengatakan “Aku minta maaf” tidak seberani ketika sampai cerita ini berjalan pada pucuk perpisahan.
Ramadhan kali ini, mungkin aku harus melawan rindu, yang menggelayut disana. Mungkin jarak nggak bisa menghibur lewat tatap muka, tapi aku masih bisa bercerita lewat doa, kan? Dan sedikit berbisik:
“Allah, jangan tinggalkan aku ya”.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar