Muara akhir sebuah tulisan adalah publikasi. Kenapa harus publikasi? Menulis adalah ajang menyampaikan pesan. Agar pesan sebuah tulisan sampai kepada pembaca, seorang penulis harus mempublikasikan tulisannya. Publikasi yang ditempuh bisa beragam, misalnya menerbitkan buku, menulis artikel di koran atau majalah, menulis di blog atau media sosial. Cara yang paling cepat dan ampuh adalah melalui media sosial dan blog.

Ketika menerbitkan tulisan di blog atau media sosial, penulis biasanya berharap tulisannya dilirik oleh pembaca. Pemikiran seperti ini sah atau wajar saja. Sebagian penulis, dalam hal ini penulis pemula, mengalami frustrasi ketika tulisannya tidak banyak peminat atau sepi komentar. Sebenarnya kondisi seperti ini tidak perlu terjadi. Karena sesungguhnya peminat tulisan anda tidak bisa diukur dari jumlah like, love dan komentar.

Percayalah sebenarnya jumlah orang yang melihat atau membaca tulisan anda lebih banyak dari jumlah yang tertera. Hanya saja sebagian pembaca enggan berkomentar atau memberi respon. Berangkat dari istilah ghost writer, saya memberi istilah ghost reader untuk pembaca yang menikmati tulisan tapi tidak memberi komentar atau respon. Ghost reader bisa berasal dari para pencinta (lovers) atau pembenci (haters) tulisan anda.

Jadi, jangan berhenti menyampaikan pesan kebaikan melalui tulisan. Setiap tulisan memiliki peminat tersendiri. Bahkan bisa jadi tulisan anda sudah mempengaruhi orang lain secara diam-diam. Tugas penulis hanya menentukan sasaran dan melesatkan tulisan. Penulis tidak perlu memikirkan seberapa banyak target yang tersasar. Semangat menuliskan kebaikan!

Sumber foto:

https://www.aarp.org/home-family/personal-technology/info-2020/tablet-vs-e-reader.html