“Bukik Tinggi koto rang Agam”

Bukittinggi kotanya masyarakat Agam.

Pandemi Covid-19 yang mengharuskan jaga jarak membuat saya harus mengekang hasrat untuk datang ke Bukittinggi. Jujur, pemberlakuan new normal menjadi momen buka puasa bagi saya pribadi untuk menikmati kesejukan dan pesona kota ini. Pagi ini adalah kali kedua saya melepas rindu dengan Jam Gadang, ikon kota Bukittinggi.

Di sepanjang perjalanan menuju pusat kota, saya sibuk mengamati tindak-tanduk orang. Bukan tanpa maksud, semua itu saya lakukan demi menemukan ide tulisan. Kata guru saya, ide itu sebenarnya bisa temui dimana saja, asalkan kita mau mengasah kepekaan yang ada di dalam diri kita. Sayapun menyiapkan kamera, siapa tahu ada hal yang menarik untuk di jepret.

Saya dan suami mengitari hotel Novotel dan Istana Bung Hatta. Kami berhenti sejenak di depan Jam Gadang. Bangunan bersejarah ini masih kokoh dan bertambah cantik. Pesonanya semakin menjadi semenjak pembenahan taman dan Pasar Atas selesai. Kebersihan yang terjaga juga menambah kenyamanan para pengunjung. Pemerintah kota Bukittingi cukup telaten mengurusi kota ini. Pantaslah sebagian orang tidak sabaran ingin bertandang ke sini.

Di musim pandemi ini, paras cantik dan kebersihan lingkungan saja tidak cukup menjadi prasyarat sebuah kota wisata. Pelayanan juga harus memperhatikan dan sesuai dengan standar protokol Covid-19. Alhamdulillah. Di sepanjang jalan atau di tempat wisata kota Bukittinggi sudah disedia tempat mencuci tangan. Pagi ini, di bundaran dekat Istana Bung Hatta, beberapa petugas sibuk mengisi tangki-tangki air tempat mencuci tangan. Tangki air tidak dibiarkan kosong. Disamping itu, pemerintah kota juga sudah mewajibkan setiap orang atau pengunjung memakai masker. Namun, pilihan memakai masker sepertinya kembali kepada pribadi masing-masing. Masih terlihat segelintir orang belum mengindahkan himbauan tersebut.

Sumber gambar: koleksi pribadi