HELLEN NOVIA

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
TETANGGA Hari Ke-18 Tantangan Gurusiana

TETANGGA Hari Ke-18 Tantangan Gurusiana

Malam semakin pekat dan larut. Telinga Tikah dipekakan oleh hempasan batu domino dari kedai depan rumahnya. Dia menyibak tirai jendela. Tampak beberapa lelaki paruh baya asyik mengepulkan asap rokok ke udara. Ada yang membentuk asap menjadi bulatan donat dan ada pula yang mengeluarkannya berkali-kali dari hidung. Beberapa diantaranya mereka meminta tambahan kopi dan rokok kepada Etek Kadai.

“Lihat apa, bu?” tanya Sampono.

“Orang main domino,” jawabnya.

Sampono adalah suami Tikah. Bangun pagi selalu pukul sepuluh. Sesekali membantu istrinya di ladang. Ketika musim panen tiba, ia membantu orang menyabit padi. Upah yang diterimanya habis untuk keperluannya sendiri. Dia tidak memusingkan belanja harian dan biaya sekolah anaknya. Penat di kampung dia pergi ke Jawa tempat saudaranya.

“Aku tidur duluan.”

“Tidurlah! Aku harus menyelesaikan jahitan ini. Besok harus diantar ke toke.”

Sampono berkelana di pulau kapuk, sementara istrinya menjahit terkantuk-kantuk.

“Brum!”

Deru mobil di depan rumah mengganggu Tikah. Dia kembali menyibak tirai. Dia melihat Saidi tetangganya turun dari mobil.

“Larut sekali pulangnya,” pikirnya.

Saidi adalah seorang saudagar kain sarung kaya. Istrinya tidak bekerja. Hanya mengurus rumah tangga dan anak-anaknya.

Tikah sibuk mengamati Saidi, lelaki berbadan tegap tersebut. Tampak olehnya Dijah membukakan pintu dan menyambut kantong plastik putih dari tangan Saidi.

***

Matahari sudah tinggi. Sampono masih tidur. Tikah yang baru pulang dari pasar membangunkan suaminya.

Da, bangun!” Tikah membangunkan Sampono. Dia mengguncang tubuh suaminya. Susah sekali membangunkannya.

“Ada ketupat?” tanya Sampono.

“Ada!” jawab Tikah.

Sampono segera bangun dan mandi. Tikah sibuk menghidangkan ketupat untuknya.

“Da, tadi aku melihat Saidi dengan seorang perempuan. Mereka bercengkrama. Akrab sekali.”

“Siapa perempuan itu. jangan-jangan selingkuhannya.” Sampono membuat kesimpulan sendiri.

“Mungkin, Da. Nanti aku beritakan kepada Dijah.”

“Ya, beritakanlah. Harus cepat kau sampaikan.”

***

Tikah hendak pergi ke ladang. Dia melihat Dijah sibuk menyapu teras rumahnya. Tikah bergegas menemuinya. Dia tidak sabar memberitakan bahwa Saidi dekat dengan seorang perempuan.

“Dijah! Ada yang ingin kuceritakan.”

“Apa itu Uni?” tanya Dijah.

“Tapi kau sabar ya. Kemaren aku ke pasar. Aku melihat suamimu dengan seorang perempuan. Dugaanku itu selingkuhan suamimu.”

“Tidak mungkin, Uni. Bang Saidi tidak mungkin berselingkuh. Dia sudah berjanji selalu setia.”

“Kalau tidak percaya, ya sudah.” Tikah kesal.

Tikah berlalu. Di tengan perjalanan ke ladang dia bertemu dengan Limah dan Sabiatun. Tikah menyapa. Mereka berjalan beriringan. Mereka sibuk menggunjing Saidi. Setelah percakapan mereka hari itu, berita perselingkuhan Saidi merebak. Orang sekampung membicarakan Saidi.

(bersambung)

sumber gambar:

https://nasihatsahabat.com/ancaman-bagi-tetangga-yang-tidak-baik/

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Terima kasih bu

22 Jul
Balas

Penasaran dengan lanjutannya, Miss Hellen...

22 Jul
Balas

InsyaAllah nanti dilanjutkan

22 Jul

Menarik ceritanya bu, ditunggu lanjutannya

22 Jul
Balas



search

New Post