PASAR DAN KANTOR POS

Oleh : Hendri Hidayat

Saat perjalanan menuju madrasah pagi ini dengan sepeda motor yang setia mengantarkan ke tempat tugas, melewati pasar pagi sabtu sudah terbiasa macet karena penjual dan pembeli sudah mengisi kiri dan kanan pinggir jalan sehingga kesulitan para pengendara untuk melewatinya.

Karena hanya satu kali dalam sepekan masyarakat yang ada disekitaran pasar turun untuk berbelanja untuk kebutuhan satu pekan. Berbeda dengan suasana pagi ini, perjalanan sepeda motor mulus tanpa halangan. Para pedagang sudah siap menunggu dagangannya namun para pembeli yang datang yang masih sedikit untuk menawar dagangan penjual. Sempat terpikir oleh penulis kenapa suasana sepi pembeli pagi itu.

Ketika sudah sampai ke areal pusat kota dan memasuki jalan Sudirman beberapa meter lagi sampai di tempat tugas, ada rambu lalu lintas jalan di alihkan untuk ‘belok kiri’ dan nampak disekitaran kantor pos sudah ramai orang-orang yang antri seperti pasar, yang ternyata diketahui mereka menunggu pembagian BLT dari pemerintah.

Ada dua fenomena yang menjadi perenungan pada perjalanan pagi ini bahwa ternyata dengan dengan kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar minyak menjadikan rakyat menjerit dengan semua harga kebutuhan masyarakat menjadi naik, sementara penghasilan masyarakat terutama masyarakat bawah tidak berubah. Melejitnya harga minyak goreng belum terobati, muncul luka baru dengan naiknya harga Bahan bakar minyak.

Sementara BLT yang diprogramkan pemerintah masih belum menyentuh seluruh lapisan masyarakat yang membutuhkan dan terkadang BLT yang masih belum efektif dan tepat sasaran.

Harapan ke depan jeritan masyarakat dengan kenaikan harga, terdengar oleh pemerintah sehingga masyarakat bisa menjalani aktivitas sehari-hari di bumi Indonesia yang terkenal dengan negeri yang kaya di dunia, atau hanya sekedar impian yang tak berkesudahan.