Heni Riswanti

Biografi Aku adalah seorang guru Bahasa Indonesia, di sebuah sekolah negeri di Bogor, Jawa Barat. Mengapa guru Bahasa Indonesia? Berawal pengetah...

Selengkapnya
Navigasi Web

Perjuanganku Melawan Kanker

Outline :

PROLOG

BAB I : Awal Terdeteksinya Kanker ( 2012 )

BAB II : Perjuangan Pengobatan ( 2013 – 2014 )

BAB III : Terjadinya Penyebaran ( 2015 )

BAB IV : Perjuangan Melawan Kanker ( 2016 – 2018 )

Prolog :

Aku hanyalah manusia biasa, dengan segala kekurangan dan keterbatasan. Usia yang sudah tidak muda, keriput di wajah pertanda seperti apa kehidupan yang aku lewati.

Setiap orang pasti punya cerita hidup, tapi tentu kisahnya pasti berbeda dengan yang lain, demikian juga dengan kisahku.

Aku yang sedari kecil, merasa hidup damai dan nyaman, walau tak bergelimang harta, tentu tak pernah menyangka bahwa perjalanan hidupnya akan penuh liku.

Pada awal menikah, ujian pertama yang kami hadapi adalah kami tidak bisa langsung berkumpul, suami di Bogor dan aku di Wonosari, Yogyakarya. Karena kami sama-sama sudah bekerja sehingga tidak begitu saja dengan mudah bisa tinggal bersama. Semula, suami yang bertugas di Bogor hendak pindah ke Yogyakarta, namun saat itu persyaratan pengajuan pindah sangat sulit. Akhirnya, aku yang selaku guru mengalah, aku yang pindah ke Bogor dengan alasan mengikuti suami. Prosesnya pun cukup lama, yaitu satu tahun. Akhirnya, setelah dua tahun kami bisa berkumpul.

Ujian kedua adalah kami tidak langsung mendapatkan momongan, sementara usia kami sudah di ambang batas. Kami menikah sudah usia 30 tahun dan suami 31 tahun. Kami sering bertengkar mempersoalkan ini.

Sebelum berkumpul, sebenarnya aku sudah pernah terlambat selama tiga minggu, sebagai pertanda akan punya anak tapi keguguran dan suami marah besar. Aku dianggap lemah kandungan dan tidak bisa menjaga diri. Alhamdulillah, setelah satu tahun berkumpul dan penuh perjuangan, akhirnya, aku pun mengandung anak pertama. Tahun 1998, anak pertama kami lahir laki-laki, dengan berat 3, 70 kg. Aku bisa memberinya Asi eksklusif walaupun diselingi dengan susu formula karena ditinnggal mengajar hingga usia 18 bulan. Tanpa direncakan ternyata aku sudah hamil lagi anak kedua. Saat itu suami sempat marah karena anak pertama masih sangat kecil

“ Kamu ga malu, anak masih bau kencur sudah mau punya adik ? “ kata suamiku.

“ Kenapa mesti malu, aku kan punya suami ?” jawabku.

Akhirnya aku hamil anak kedua, perempuan, yang lahir pada tahun 2000.

Itulah sekilas kisah awal kehidupanku yang selama bertahun-tahun, saya anggap semua berjalan biasa dalam kehidupan rumah tangga dan kami melalui kehidupan dalam susah dan senang secara bersama-sama.

Namun, setelah 18 tahun perjalanan rumah tangga kami, kami mengalami cobaan yang aku anggap sangat berat, yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Inilah kisahku ......

BAB I

Awal Terdeteksinya Kanker ( 2012 )

September 2012

Diawali dengan rabaan tak sengaja, dan inilah awal perjuanganku.

Di saat santai, waktu itu sekitar pukul 16.00 WIB, selepas sholat ashar, aku sedang menonton TV. Sambil tiduran tanpa sengaja tangan ini meraba payudara kanan, dan...dug...ah, ada 2 benjolan keras sebesar biji buah klengkeng.

Kaget memang, naluriku berkata, " Jangan-jangan kanker ini."

Saat itu juga, aku terbayang pada guruku di SD. Guru kesayanganku. Beliau waktu itu juga terkena kanker payudara. Aku sangat tahu bagaimana perjuangan beliau saat itu. Menjalani pengobatan kemoterapi sampai 25 kali, bolak-balik ke rumah sakit. Ibukku juga sering mengantar, karena kebetulan beliau juga anak buah ibuku.

Namun perjuangannya itu harus berakhir, karena memang kondisinya yang sudah sangat lemah. Dan barangkali juga karena ilmu kedokteran dan pengobatannya belum sebaik sekarang.

Aku juga tahu, bagaimana beliau menghadapi sakaratul maut. Waktu itu, Selepas maghrib, keadaan beliau sudah kritis. Bicaranya sudah merancau. Diajak bicara sudah tidak bisa berkomunikasi dengan baik. Semalaman, beliau tidak bisa tidur nyenyak. Setiap saat tidurnya bolak-balik, miring kanan, miring kiri. Tidak pernah bisa tidur telentang, karena katanya punggung dan sekujur badannya panas. Ibukku menunggui keadaan beliau seperti itu sampai pagi. Kalaupun sampai dipanggail Allah, ibukku ingin menemani dan menungguinya. Namun, Allah berkendak lain. Ketika ibukku pulang hendak mandi, beliau menghembuskan napas terakhir.

Selamat jalan Ibu Kristina, guru SD kesayanganku. Engkau meninggal karena kanker payudara. Dan sekarang, aku, salah satu muridmu juga menderita sakit kanker payudara. Penyakit yang selama ini dianggap momok bagi sebagian besar masyarakat dan selalu ada anggapan bahwa penderita penyakit kanker tidak akan bertahan lama, pasti cepat mati. Bagaimana dengan nasibku ??????

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Semangat bu, tetaplah menulis,

31 Mar
Balas

Makasih, Bu

31 Mar
Balas

Inggih, sama sama

31 Mar



search

New Post