Heni Riswanti

Biografi Aku adalah seorang guru Bahasa Indonesia, di sebuah sekolah negeri di Bogor, Jawa Barat. Mengapa guru Bahasa Indonesia? Berawal pengetah...

Selengkapnya
Navigasi Web
Tetangga Kecilku

Tetangga Kecilku

Namanya Rashif, anak tetanggaku, anak dari Pak Zaenal, sewaktu kami tinggal di asrama Nubika ( Nuklir Biologi Kimia), sebuah satuan militer, satu-satunya yang ada di Indonesia.

Anak itu terlahir dari pasangan muda, yang ketika saya pindah di sebelah rumahnya, mereka baru saja menikah. Satu tahun setelah pernikahan mereka, lahirlah bayi laki-laki yang montok dan sehat, yang diberi nama Rashif.

Aku yang memang senang anak kecil, tentu saja sering menggendongnya dan berbagi pengalaman dalam mengurus bayi. Saat itu aku sudah mempunyai dua orang anak. Alhamdulillah diberikan anak lengkap, sehat, laki-laki dan perempuan.

Persahabatan kami terpisah karena, tetanggaku itu harus pindah satuan. Dia sudah berdinas di kompi Nubika selama dua tahun. Demikian setiap perwira di lingkungan militer. Apalagi tetanggaku itu lulusan Akademi Militer yang sudah pasti jenjang karirnya pasti cemerlang.

Cukup lama, saya tidak pernah bertemu dan mendengar kabarnya. Hanya sekedar informasi, kadang mendengar kabar sekilas, kalau dia sudah pindah di Irian, di Jakarta, dan pernah dia kembali di kompi Nubika sudah menjadi komandan, tapi saya juga sudah pindah dari kompi Nubika ke Laboratorium Nubika. Satuannya sebenarnya berdekatan, cuma karena kesibukan masing-masing, kami jarang bisa ketemu.

Setelah dua tahun menjadi komandan kompi Nubika, mereka pindah lagi ke Jakarta. Semakin bertambah jarang ketemu dan berkomunikasi.

Cukup lama tidak bertemu, tiba-tiba, mantan komandan kompi itu main ke kantor suami di laboratorium Nubika, di tahun 2016. Tapi tidak ketemu saya. Hanya saja, dia membawa berita yang sangat mengagetkan saya. Rashif, anak laki-laki yang sering kugendong itu, saat itu sudah berusia 13 tahun dan kakinya sudah diamputasi karena kanker tulang. Aku menangis mendengarnya. Kami pun saling mendukung dan mendoakan untuk kesembuhan kami masing-masing, karena saat itu aku juga sedang berjuang melawan kanker payudara yang sedang menyerang tulang belakang.

Satu tahun berlalu. Tidak terdengar berita lagi. Sementara aku masik bolak-balik ke rumah sakit untuk terus berobat. Tahu-tahu mendengar kabar kalau Rashif sudah sebulan dirawat di RS Gathot Subroto. Kondisinya cukup memprihatinkan karena paru-parunya sudah terendam cairan. Akhirnya, aku memutuskan untuk menengok bersama beberapa teman. Namun, kami tidak bertemu dengan kedua orang tuanya. Mereka sedang ada kegiatan di kantornya. Kami hanya bertemu dengan Rashif, adiknya, dan anggota dari satuan kantor bapaknya yang diberi tugas untuk menjaga.

Waktu itu, aku menengok pada hari Sabtu. Hari Selasa, aku mendapat tugas dari sekolah untuk mengikuti bimtek di Lembang, Bandung. Saat naik bus, iseng-iseng, aku membuka Facebook. Di sana aku dapatkan seorang teman yang menulis status bahwa mereka baru saja takziah dan mengucapkan selamat jalan pada Dik Rashif, semoga kau tenang di sana. Aku tentu saja kaget dan marah kenapa tidak ada yang memberi tahuku? Semua teman yang waktu hari Sabtu bareng-bareng menengok, aku tanya kenapa aku tidak dikabari padahal aku ada di rumah. Jawaban mereka semua sama. Alasannya mendadak dan buru- buru. Mereka hanya menumpang mobil dari kompi. Ya sudahlah semua sudah terjadi. Akhirnya, aku hanya bisa menyampaikan kata ikut berduka melalui media WhatsApp.

Tapi Alhamdulillah, niat baik itu selalu diberikan jalan oleh Allah SWT. Waktu itu, aku mengantar anak perempuanku untuk survey tempat tes masuk perguruan tinggi di UNJ. Selesai survey itulah, kugunakan waktu untuk mencari satuan Zikon 13, tempat tetanggaku berdinas saat itu. Tidak sulit untuk mencari tempat tinggal di kompleks asrama.

Beruntung sekali, aku bisa bertemu Pak Zaenal, tetanggaku itu. Namun sayang, tidak bisa bertemu istrinya karena masih ada kegiatan di kantor Persit. Kami bisa mengobrol panjang lebar. Pak Zaenal menceritakan penyesalannya karena kurang memperhatikan ketika anaknya mengeluhkan sakit di kakinya. Begitu dibawa ke RS Gathot Subroto, dokter sudah memvonis agar kakinya diamputasi.

Pak Zaenal berpikir apakah penyebab kasus anaknya ini karena pernah jatuh kemudian cuma diurut, tidak diperiksakan ke RS untuk dirontgen, sehingga bisa jelas terlihat apa yang terjadi dengan tulang kakinya. Yah, penyesalan tinggal penyesalan. Waktu tidak bisa diputar ke belakang. Dia pun sadar semua sudah takdir, dia juga mengikhlaskan yang sudah terjadi. Cuma di sisi lain, dia juga menyayangkan seorang teman, yang dianggap dekat dengan dia. Ketika anaknya jatuh, dia yang tahu kejadiannya tapi tidak menyampaikan persisnya seperti apa jatuhnya, sehingga Pak Zaenal menurut saja untuk dibawa ke tukang urut, bukan ke rumah sakit.

Sementara, aku juga jadi berpikir, " Apa mungkin waktu Rashif kecil pernah terlindas mobil yang disetir bapaknya, ada tulang kaki yang rusak hingga dampaknya setelah sekian tahun dan akhirnya seperti ini?" Allahualam. Selamat jalan Dik Rashif, tetangga Kecilku. Semoga kau tenang di sana. Aamiin YRA.

Kita semua tidak tahu. Tapi, yang pasti, dari ceritaku ini, mungkin bisa dijadikan pelajaran. Sekecil apa pun kejadian kecelakaan di waktu anak masih kecil, jangan diremehkan. Lebih baik bertindak preventif daripada kuratif karena pengobatannya akan lebih sulit dan lebih lama. Maka, berhati-hatilah. Perhatikan tumbuh kembang dan kejadian yang dialami anak-anak kecil kesayangan Anda.

Semoga tulisan ini bermanfaat.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Aamiin YRA. Terima kasih atas doanya, Bu.

20 Feb
Balas

Maturnuwun ibu...tulisan ibu bermanfaat sekali. Smg ibu segera sehat kembali, salam sukses ...barakallah

27 Jan
Balas



search

New Post